Allah Menghendaki Kita Hidup

“UPAH dosa adalah maut,” kata Rasul Paulus, “tetapi, karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rom 6:23).

Apa yang disampaikan Rasul Paulus ini mengajarkan sebuah pemahaman iman. Ia mengajak kita untuk semakin meyakini apa yang dikehendaki oleh Kristus, Sang Sumber Kehidupan. Ia ingin supaya kita yang percaya kepada-Nya memiliki hidup dari Dia, dan bukan mati.

Dalam bacaan I, Kitab Kebijaksanaan berbicara tentang hidup. Kita mendengar bahwa maut tidak dibuat oleh Allah, dan Ia pun tak bergembira karena yang hidup musnah lenyap. Pertanyaannya, mengapa tidak sedikit dari kita bukannya memilih bahagia dalam keterikatan kasih dengan Allah. Sebaliknya, justru kita telah memilih perbuatan dosa yang jelas akan berakibat pada kematian kekal. Apakah perbuatan yang kita pilih dan hasilkan itu karena kelemahan kita, ataukah adanya godaan kuat dari roh jahat untuk menghancurkan kita, manusia yang dikasihi-Nya?

Bila kita memeriksa diri, tentu kita masing-masing akan menemukan apa saja yang menjadi kelemahan, di samping beberapa kekuatan. Kelemahan itu misalnya rasa malas, mudah iri hati, suka berbohong, atau kebiasaan-kebiasaan buruk, atau dapat juga berupa suatu sakit penyakit.

Dalam Injil, Yesus tampil sebagai pribadi pencinta dan pembawa kehidupan. Anak Yairus yang telah mati dibangkitkan dan perempuan yang sakit pendarahan sudah dua belas tahun itu pun disembuhkan. Peristiwa ini semakin meneguhkan kita bahwa Allah kita, Allah orang hidup dan bukan Allah orang mati. Sebagai seorang beriman, seharusnya kita semakin berani melawan segala kelemahan dan dosa yang diakibatkannya. Juga, kita seharusnya berani melawan segala godaan si jahat yang akan menjerumuskan kita kepada maut.

Sebuah keluarga akan mengalami damai sejahtera, terlebih karena iman mereka akan Kristus dinyatakan dalam dinamika kehidupannya. Memang, kebutuhan ekonomi kerap menjadi pusat perhatian, dan hal ini dapat berakibat munculnya berbagai tindakan yang mengarah kepada dosa. Pernah saya mendengar, seorang bapak akhirnya melarikan uang kas paroki, uang koperasi dan berbagai perbuatan tidak jujur lainnya demi ekonomi keluarganya. Sungguh sangat disayangkan. Sebab bapak ini seorang aktivis Gereja, bahkan ada yang asisten imam. Ini sungguh memalukan dan membuat luka seluruh Gereja.

Namun demikian Allah tetap menghendaki kita hidup dan bukan mati. Maka baiklah kita melakukan pertobatan dan perbaikan diri. Langkah yang perlu kita mulai adalah memperkuat iman kita.