Sabda Tuhan yang Mengkuduskan

MINGGU ini kita kembali memasuki Bulan Kitab Suci Nasional yang pada tahun ini mengambil tema Bersatu Dalam Terang Firman. Komisi Kerasulan Kitab Suci KAJ sudah membuat bantuan permenungan untuk kita semua. Di dalam panduan itu, kita diajak untuk menyikapi situasi saat ini yang rupa-rupanya sangat mengancam kebersatuan kita sebagai bangsa dan Negara. Tetapi, ancaman itu rupanya juga terjadi di dalam lingkup yang lebih kecil yaitu di dalam komunitas dan keluarga kita.

Memang harus diakui bahwa setiap relasi komunitas pasti akan menimbulkan berbagai macam konflik, baik dalam skala yang kecil maupun yang lebih besar. Itu wajar karena di dalam komunitas itu terdiri dari banyak orang yang punya pemikiran dan pemahamnya masing-masing.

Konflik itu bisa membangun dan mendewasakan. Tetapi tidak jarang malah menimbulkan perpecahan dan kehancuran. Oleh karena itu, dibutuhkan rambu-rambu atau dasar-dasar berkomunitas sehingga konflik apapun tidak membawa kehancuran. Itu yang coba dibuat oleh Musa dalam bacaan yang pertama.

Rambu-rambu atau dasar-dasar hidup itu datang dari Allah yang juga menghendaki agar manusia hidup di dalam persaudaraan dan persatuan yang harmonis. Saat hukum dari Allah yang juga adalah Sabda Allah itu turun, di sana tidak ada hukum yang berpihak pada kemanusiaan. Hukum alam, siapa yang kuat adalah yang menang, tidak sesuai dengan kehendak Allah. Bukan yang kuat dan perkasa yang dikehendaki Allah, tetapi yang bijaksana dan mampu menggunakan akal budinya untuk kesejahteraan banyak orang. Bila mengandalkan kekuatan dan keperkasaan saja, maka yang terjadi adalah saling bunuh dan saling menghancurkan. Orang lain tidak dipandang sebagai saudara dan sesama. Mereka dipandang sebagai yang beda sehingga dapat dianiaya dan disingkirkan.

Tetapi hukum Allah, Sabda  Allah, mengajarkan belas kasih dan perhatian pada yang lemah dan tertindas. Hal itu jelas dalam bacaan kedua dimana rasul Yakobus kembali menekankan bahwa ibadat yang murni dan tak bercacat dihadapan Allah adalah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka.

Walau demikian, meskipun sabda itu datang dari Allah, tidak menjamin manusia menerimanya. Ada orang-orang tertentu yang malah memakainya untuk kepentingan dan keperluannya sendiri. Bukan untuk persembahan yang hidup bagi Allah. Itulah yang dikritik oleh Yesus kepada orang-orang Farisi. Yesus menilai bahwa Sabda Allah bukan membawa Kekudusan bagi mereka, tetapi malah ditunggangi demi kepentingan pribadi. Maka tak heran bila sampai saat ini, masih ada penderitaan, kekacauan, kejahatan di dunia ini. Oleh karena itu, bila kita mau dunia lebih baik, harus dimulai dari diri kita sendiri dan keluarga kita masing-masing.

Sudahkah Sabda Allah yang kita dengar membuat kita menjadi KUDUS? Tuhan memberkati.

Rm. Yohanes Radityo Wisnu Wicaksono, Pr