
WANITA Katolik Republik Indonesia cabang Pasar Minggu mengadakan seminar bertajuk Bunda Cinta Lestari (BCL) bersama Romo Jost Kokoh Prihatanto, Pr. Sosok Maria memang mendapat tempat yang istimewa dalam kehidupan beriman umat Katolik. Gereja Katolik menjunjungnya sebagai Bunda yang dikasihi dan sebagai teladan iman, harapan, dan kemurahan hati. Hal ini pun juga dirasakan oleh salah satu pengurus WK cabang Pasar Minggu, Elisabeth Kadino.
“Banyak manfaatnya, terutama untuk kami yang selama ini kenal bunda Maria hanya sepintas,” ujar Elisabeth kepada KOMSOS, Minggu (14/10).
Usai mengikuti seminar tersebut, pihaknya semakin tahu tentang sosok Maria. Harapannya ke depan bisa lebih mengandalkan teladan Bunda Maria di dalam kehidupan sehari-hari. Terutama di lingkungan keluarga dalam menghadirkan kasih kepada orang-orang terdekat, termasuk kepada tetangga.
“Tanpa bicara pun kita bisa memberikan rasa kasih seperti dalam permainan kecil tadi. Kami berurai air mata karena tanpa mengucap pun kami bisa berikan sentuhan dan rangkulan kepada orang-orang yang selama ini kurang mendapatkan perhatian dari kita,” paparnya.
Satu hal yang ia pelajari dari sosok Maria, yakni keteguhan imannya. Hal itu tampak seperti dalam bacaan Yohanes 2:1-11 mengenai mukjizat pertama yang Yesus lakukan. Saat itu, Dia dan para murid-Nya menghadiri pesta perkawinan di Kana, sebuah dusun dekat kampung halaman Yesus, Nazaret. Pesta perkawinan itu kemudian kehabisan minuman anggur. Saat itu, Maria tampak merasa bertanggung jawab. Oleh karena itu, dia menghampiri Putranya dan memohon bantuan-Nya dalam usaha untuk menyelamatkan keluarga tuan rumah dari rasa malu.
“Bunda tahu puteranya adalah Yesus Sang Mesias. Sebagai seorang ibu yang mempunyai keteguhan iman, ia memohon kepada Yesus puteranya,” pungkasnya. (MARIA/ASTRI/KOMSOS)