Pesan Sidang KWI 2018: Panggilan Gereja Melindungi HAM

SIDANG Sinodal Konferensi Waligereja Indonesia 2018 resmi ditutup dengan perayaan Ekaristi yang diadakan di Gereja Santa Maria Diangkat ke Surga, Paroki Katedral, Jakarta, Rabu (14/11).

Dilansir dari lawan http://www.dokpenkwi.org, selain terpilihnya para fungsionaris KWI, Sidang Sinodal KWI juga menghasilkan Pesan Sidang “Panggilan Gereja Melindungi Hak Asasi Manusia”. Pesan sidang KWI ini dibuat sesuai dengan tema yang diangkat dalam Sidang Sinodal kali ini serta mengingat berbagai situasi keprihatinan tentang pelanggaran HAM berat yang terjadi di masa lalu dan belum tuntas, maraknya berbagai kekerasan dan intoleransi serta belum terpenuhinya hak-hak masyarakat atas pendidikan, kesehatan dan standar hidup yang layak.

Dalam pesannya tersebut para Uskup menegaskan bahwa Gereja berkewajiban untuk menghargai hak asasi manusia dengan membangun persaudaraan yang inklusif dan bijak di tengah masyarakat yang majemuk ini dengan keyakinan bahwa semua orang meskipun berbeda-beda mempunyai martabat yang sama. Menghargai hak asasi manusia berarti menerima dan memaknai perbedaan sebagai anugerah Tuhan yang harus disyukuri dan mendorong setiap pribadi untuk saling mendekatkan diri satu sama lain.

“Gereja berkewajiban untuk menghargai hak asasi manusia dengan membangun persaudaraan yang inklusif dan bijak di tengah masyarakat yang majemuk ini dengan keyakinan bahwa semua orang meskipun berbeda-beda mempunyai martabat yang sama. Menghargai hak asasi manusia berarti menerima dan memaknai perbedaan sebagai anugerah Tuhan yang harus disyukuri dan mendorong setiap pribadi untuk saling mendekatkan diri satu dengan yang lain,” ujar Ketua KWI Mgr I. Suharyo.

Hadir pada kesempatan itu Kardinal Julius Darmaatmadja, 33 Uskup se-Indonesia, dan 4 Uskup emeritus dan sejumlah imam dari berbagai tarekat, rohaniwan-rohaniwati, beberapa duta besar negara sahabat, serta umat.

Peryaan Ekaristi kali ini sekaligus menjadi Misa Meriah dalam rangka peringatan 5 th pengangkatan Sri Paus, yang sebenarnya jatuh pada 29 Juni lalu. Peringatan mundur dari jadwal yang direncanakan sejak awal karena Dubes Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Piero Pioppo, ingin merayakannya bersama para Uskup se-Indonesia. Maka, misa meriah ini disatukan dengan Misa Penutupan Sidang KWI agar semua Uskup bisa hadir dalam misa tersebut. (ASTRI/KOMSOS)