DOSA membawa keburukan. Namun, tidak semua peristiwa buruk dapat dihubungkan dengan dosa secara serta merta dan secara langsung begitu saja. Ketika seseorang mengalami peristiwa buruk orang sering berkata, “Apa salah saya sehingga saya mengalami nasib seperti ini?”, “Adakah unsur karma atau kutuk dalam nasib buruk saya ini?” “Apakah ini sudah nasib saya?” Peristiwa buruk, bukanlah nasib, juga tidak sama dengan dosa. Peristiwa buruk terjadi karena adanya sebab-sebab logis yang menyebabkan peristiwa buruk itu terjadi. Jadi, bukan nasib. Sedangkan dosa adalah pelanggaran perintah Allah, kondisi menjauh dari kebaikan Allah, yang dapat saja berakibat buruk pada seseorang.
Dalam kaitan dengan peristiwa buruk yang tidak dapat begitu saja dihubungkan dengan dosa, maka, Yesus berkata kepada orang-orang yang datang kepada Yesus dengan peristiwa buruk itu demikian, “Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya daripada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak! Kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian. Atau sangka-mu ke-18 orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya daripada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? Tidak! Kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.”
Dengan pernyataan itu, Yesus mau menegaskan dua hal. Pertama, bahwa peristiwa buruk tidak dapat dikaitkan secara langsung begitu saja dengan dosa, walaupun akibat akhir dosa pasti membawa keburukan. Kedua, oleh karena itu walau orang tidak mengalami peristiwa buruk, walau ia dalam keadaan berdosa, tidak dapat menyombongkan diri bahwa ia dapat lepas dari akibat buruk dosa. Maka, Yesus meminta orang berdosa untuk bertobat, karena pelan tetapi pasti akibat buruk dosa akan dirasakan si pendosa.
Bagian kedua Injil ini berbicara tentang peringatan kepada para pendosa yang belum merasakan akibat dosa, keadaannya seperti pohon ara yang tidak berbuah yang mestinya mengalami peristiwa buruk ditebang karena tidak menghasilkan apa-apa. Namun, untunglah ada pekerja yang baik yang masih mau merawat pohon ara ini agar bisa berbuah. Siapakah pekerja yang baik ini? Apakah Yesus sendiri, atau hanya ilustrasi tambahan? Yang terpenting dan mau ditekankan Yesus adalah pertobatan.
Masa Prapaskah adalah masa untuk menyempurnakan diri kita dengan tobat. Manusia pentobat digambarkan oleh Yesus seperti pohon ara yang berbuah. Pohon yang berbuah karena kondisi tanah di sekitar pohon yang dicangkul dengan baik, dipupuk dan disiram. Demikian juga masa Prapaskah bagi kita akan menghasilkan pertobatan yang benar bila kondisi hidup di sekitar kita tercipta dengan baik. Misalnya, adanya doa lingkungan, aksi sosial, dan tak lupa hal-hal yang secara langsung memupuk hidup rohani kita seperti rekoleksi, menerima Sakramen Tobat. Pohon pun memerlukan obat anti hama agar sehat dan buahnya tidak rusak. Maka, obat puasa dan pantang yang membuat manusia tahan uji terhadap godaan menjadi penting di masa Prapaskah ini.
Hari Minggu Prapaskah III