Kesibukan Membutakan Kita Melihat Kehadiran Tuhan

kehadiran-Tuhan.jpg

ADA sebuah keluarga yang harmonis hidupnya. Sang Bapak bekerja sebagai karyawan perusahan yang cukup terkenal. Sang Ibu tidak bekerja tetapi ia adalah seorang ibu rumah tangga yang cakap dan bijaksana. Anak-anak mereka pun cukup berprestasi dan berkelakuan amat baik di rumah, di sekolah maupun di Gereja. Bisa dibilang kalau keluarga ini adalah keluarga yang ideal.

Namun, Si Jahat tidak suka dengan keluarga semacam ini. Ia ingin menghancurkan keluarga ini. Diam-diam ia merencanakan suatu muslihat supaya keluarga ini menjadi kacau. Usahanya ini dilakukan dengan membuat Sang Bapak naik pangkat dan mendapat posisi serta tanggung jawab yang besar di perusahaannya. Sang Ibu dibuat mendapat kepercayaan sebagai pengurus Posyandu di kelurahannya sekaligus sebagai coordinator Persekutuan Doa di Gereja. Anak-anaknya pun dibuat lolos seleksi kejuaraan olimpiade sains dan teknologi Nasional yang berpeluang mengikuti kejuaraan tingkat dunia. Semua anggota keluarga itu dalam waktu yang bersamaan terlihat begitu sibuk akan urusannya masing-masing.

Lama kelamaan mereka menjadi jarang bertemu, jarang berdoa bersama ataupun makan bersama. Komunikasi tidak menjadi lancar. Emosi dan rasa marah menjadi bagian dari hidup mereka. nyaris saja mereka terpecah bila tidak ditolong oleh seorang sahabat baik mereka.

Cerita ini dan juga cerita tentang Maria dan Marta dalam perikop bacaan Injil hari ini rasa-rasanya sama. Ada suatu kesibukan yang akhirnya membuat malah tidak dapat melihat Tuhan yang hadir. Mungkin timbul pertanyaan, apakah lantas tidak boleh sibuk mengerjakan sesuatu pekerjaan yang memang menjadi tanggung-jawab kita? tentu saja mengerjakan sesuatu yang menjadi tanggung-jawab kita itu sangat amat perlu dibuat.

Bahkan harus dibuat. Tetapi yang dipermasalahkan Tuhan bukanlah karena Marta sibuk melayani Dia, tetapi karena Marta terlalu kawatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara. Yesus mau kalau memang Marta memilih untuk bekerja melayani Dia, bekerjalah dengan penuh kegembiraan dan sukacita. Tidak usahlah dia marah-marah karena Maria tidak membantunya bahkan malahan menegur Tuhan sendiri. Bekerja itu penting dan perlu, tetapi kalau malahan menjauhkan diri dengan Tuhan dan bahkan kehilangan hal yang paling penting dalam keluarga, itu yang menjadi bahaya.

Bacaan-bacaan hari ini mau mengajak kita semua untuk pertama-tama bersyukur atas kehadiran Tuhan dalam hidup kita. seperti halnya Abraham yang mengungkapkan rasa syukur itu dengan melayani Tuhan yang hadir lewat masakan yang dibuatnya sendiri dengan penuh kegembiraan dan sukacita. Kita juga diajak untuk bersyukur atas segala tanggung-jawab yang diberikan Tuhan kepada kita baik di kantor, di rumah maupun di Gereja dan di dalam masyarakat. Sekaligus juga kita diminta waspada, agar kita tidak terlalu sibuk dengan diri sendiri sehingga malah tidak melihat Tuhan yang hadir menyapa dan mau memberkati kita itu. Semoga dalam segala hal kita dapat selalu bersyukur dan menyadari kehadiran Tuhan yang menyelamatkan dan mengembirakan kita. Tuhan memberkati.

Rm. Yohanes Radityo Wisnu Wicaksono, Pr