IBU, bapak, saudara-saudari serta anak-anak yang dikasihi Tuhan, salam SUKACITA! Ketika masih kecil saya selalu terkesima dengan adegan-adegan sulap di televisi. Bagi saya kala itu, para pesulap sungguh hebat. Mereka dapat memindahkan sebuah benda dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Walaupun sekarang saya ketahui bahwa semua itu hanyalah sebuah trik rahasia, tetapi adegan sulap selalu membuat saya terkesima. Bahkan, saya membayangkan bahwa saya benar-benar bisa memindahkan sebuah benda.
Dalam bacaan injil hari ini yang kita baca dan dengarkan, Yesus mengatakan, “Sekiranya kamu memiliki iman sebesar biji sesawi, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini, pindahlah engkau dan tertanamlah di dalam laut’ dan pohon itu akan menuruti perintahmu”. Iman sekecil apapun kalau dihayati dengan sungguh bahkan dapat melakukan sesuatu yang sungguh luar biasa.
Iman telah berperan penting dalam sejarah keselamatan manusia. Iman itu sudah dihayati dan diwujudkan mulai dari zaman Bapa ABraham. Bangsa Israel pun telah merasakan kehidupan yang sungguh terberkati karena hidup iman mereka (Hab 2:4). Perjalanan dinamika hidup beriman kita pribadi pun mengalami perkembangan terus menerus. Ada saatnya iman kita sungguh dikuatkan, tidak jarang pula iman kita sangat mudah runtuh.
Permohonan para rasul kepada Yesus, “Tuhan tambahkanlah iman kami” (Luk 17:5) mengandung makna yang sangat mendalam. Kita menyadari bersama bahwa iman yang ktia miliki sungguh amat rapuh, iman yang kita hayati mudah sekali runtuh. Godaan dunia yang semakin besar selalu menunggu waktu yang tepat untuk menjatuhkan kita. Maka dengan rendah hati, para murid memohon kepada Tuhan untuk ditambahkan imannya.
Kita pun diajak untuk hidup seperti para murid yang dengan hati senantiasa memohon kepada Tuhan agar ditambahkan imannya.
Pertanyaannya, untuk apa iman kita selalu ditambahkan? Dalam bacaan kedua dikatakan oleh Paulus kepada Timotius, bahwa iman harus selalu diwujudkan dalam kasih Kristus. Dengan iman yang kita miliki, janganlah malu bersaksi tentang Tuhan Yesus. Janganlah malu menajdi saksi kasih dan ketaatan. Oleh karena itu, kita sebagai murid-murid Kristus diajak untuk menyadari iman kita yang mudah runtuh, sembari memohon kepada TUhan agar selalu dikuatkan untuk menjadi saksi tindakan kasih dan sukacita Kristiani.
(RD. Andreas Subekti)