DALAM sebuah video, Ignatius Kardinal Suharyo mengatakan bahwa komuni batin itu bukan seolah-olah menerima Kristus, tetapi kita sungguh-sungguh menerima kehadiran Tuhan secara rohani. Saat ini memang Tubuh Kristus secara fisik belum bisa diberikan, tetapi batin kita selalu ada di dekat Tuhan. Itulah yang paling penting.
Pesan Bapa Kardinal ini patut kita renungkan sebagai refleksi diri dalam Perayaan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Poinnya adalah apakah selama kita menerima komuni, hati kita sungguh dekat dengan Tuhan? Pada saat menerima Tubuh Kristus, kita mengatakan “Amin”. Artinya bahwa kita bersukur bahwa Tuhan masuk ke dalam diri kita, bersatu dengan tubuh dan jiwa kita.
“Barang siapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku tinggal di dalam dia” (Yoh 6:56). Maka, setelah komuni ada saat hening / saat teduh untuk berbicara dari hati ke hati dengan Tuhan. Apa yang bisa kita lakukan saat hening itu?
Pertama : Kita menyembah Tuhan Yesus yang bertakhta di hati kita. Misalkan dengan doa “Engkaulah Tuhanku, Engkaulah Rajaku, aku menyembah-Mu Tuhan. Aku mengasihi Engkau.” Kita juga dapat menyampaikan keadaan dan keinginan kita, menyadari kelemahan pribadi seraya mohon bantuan Tuhan.
Kedua : Kita bersyukur kepada Tuhan sebab Ia telah datang dan masuk dalam diri kita melalui Komuni Kudus. Kita juga dapat memohon belas kasih Tuhan agar kita dan semua umat dikuduskan oleh-Nya.
Kedua hal itulah yang dapat kita lakukan untuk mendekatkan hati dengan Tuhan yang telah kita sambut dalam Komuni Kudus. Apabila kita selalu dekat dengan Kristus, maka hati ini akan hidup selama-lamanya dalam Tuhan. Damai sejahtera bagi kita semua. Amin.
RD. Andreas Subekti
HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS – 14 JUNI 2020