Firman-Mu Pelita Dan Terang

HARI MINGGU PASKAH VII (Hari Komunikasi Sosial Sedunia) 16 Mei 2021

Bapak, Ibu, Saudara/I, rekan-rekan muda dan anakanak yang dikasihi Tuhan, Selamat Hari Minggu. Semoga kita semua dalam keadaan sehat walafiat.


Suatu ketika frater pernah mengikuti perayaan Ekaristi di salah satu rumah umat. Kejadian ini frater alami ketika frater masih kecil sekali. Waktu itu frater mengikut Misa arwah seorang umat. Dalam misa tersebut, pada saat setelah bacaan pertama, lalu ada koor yang menyanyikan begitu indah yang lagunya berjudul “Firman-Mu Pelita bagi kakiku, Terang bagi jalanku”. Lagu tersebut frater dengarkan dalam-dalam sambil meresapi dan merasakan kehadiran Tuhan. Lagu yang amat bermakna dan juga memberikan insight serta peneguhan iman.


Bacaan-bacaan hari ini pun kembali mengingatkan kita pada tujuan membaca firma yaitu menemukan kebenaran. Dalam bacaan Injil minggu ini, Yesus mengatakan bahwa firman-Mu kebenaran. Firman yang menjadi manusia, hidup bersama manusia, dan menuntun kita pada keselamatan serta kebenaran. Firman yang menjadikan hidup kita semakin terarah pada Tuhan.


Hari Minggu ini kita juga memperingati Hari Komunikasi Sedunia. Hari Komunikasi ini mau mengingatkan kita bahwa pentingnya arti komunikasi. Hari Komunikasi ini mendorong kita agar dalam hidup yang paling penting dan berarti adalah komunikasi baik antar sesama maupun bersama dengan Tuhan.


Selanjutnya, Minggu-minggu ini kita juga masih dalam suasan Novena Roh Kudus. Dalam perjalanan Novena tersebut kita meminta kepada Tuhan untuk menurunkan Roh Kudus-Nya agar senantiasa menemani, mendampingi serta mengingatkan kita ketika terlalu mencintai diri kita sampai melupakan Tuhan.


Akhirnya, bapak, ibu, saudara/I, rekan-rekan muda dan anak-anak yang terkasih, pada minggu paskah ke-IV
ini, Yesus mengajak kita untuk semakin mengarahkan hati kepada Tuhan. Yesus menuntun kita untuk berkomunikasi pada Tuhan. Yesus juga mengajak kita untuk semakin mengasihi, semakin terlibat dan semakin menjadi berkat. Tuhan Memberkati.


fr. Nando

Pentakosta, Roh Kudus Berkarya

Minggu Hari Raya Pentakosta, 23 Mei 2021

Minggu ini adalah Hari Raya Pentakosta. Di Hari Pentakosta (hari ke-50 setelah kebangkitan Yesus), Gereja merayakan turunnya Roh Kudus atas para rasul. Roh Kudus telah mengubah para rasul menjadi manusia yang baru. Mereka berani menjadi saksi untuk mewartakan injil. Pentakosta adalah suatu pesta iman yang dirayakan 50 hari setelah Paskah atau Kebangkitan.

Pentakosta sering pula disebut Pesta 7 Pekan. Awalnya pesta itu adalah pesta panen. Tapi lambat laun pesta itu dijadikan kesempatan perayaan iman untuk mengenangkan kembali peristiwa Sinai, saat Allah menyampaikan hukum-hukum-Nya kepada Musa. Pesta Pentakosta lalu merupakan pesta pembaruan janji setia akan hukum Musa. Mereka mau setia karena Allah memenuhi janji-Nya, bukan hanya dengan keberhasilan panen, namun menganugerahkan kekuatan Roh-Nya.

Dalam peristiwa Sinai, pewahyuan hukum Allah disertai gejala-gejala alam yang menakutkan: api, asap, dan gempa (lih. Kel 19:18). Tapi peristiwa Pentakosta disertai dengan tanda-tanda seperti lidah-lidah api dan angin yang memampukan para murid menjadi pewarta kekaguman dan kegembiraan iman. Dalam kisah Pentakosta (lih. Kis 2:5-13), ditampilkan sejumlah saksi peristiwa Pentakosta. Banyak orang yang hadir dari berbagai macam daerah pada saat Pentakosta itu. Banyaknya orang yang hadir dari beraneka ragam daerah dalam peristiwa Pentakosta mau menunjukkan bahwa ada kebhinekaan dan keragaman saksi peristiwa Pentakosta. Keanekaragaman itu terbukti dari hadirnya mereka yang berasal dari Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Mesir, daerah Libia, orang Yahudi atau penganut agama Yahudi, dan orang Arab.

Melalui Pentakosta ini, kita disadarkan bahwa Roh Kudus bekerja dan berkarya melalui orang-orang pilihan untuk membagikan kegembiraan, penghiburan. Para murid Yesus mewartakan iman bukan hanya dengan kata-kata, melainkan juga dengan kegembiraan hidup. Semoga Roh Kudus membimbing kita untuk mewartakan kabar baik di dunia ini.


RD. Antonius Pramono

Gaudete! Bersukacitalah dalam Tuhan

Selamat Hari Minggu Bapak, Ibu, Saudara/I, rekan muda dan anak-anak sekalian. Salam Sehat ! Gaudete !….

Hari minggu ini kita merayakan minggu adven ke-III. Hari minggu ini biasanya juga disebut dengan Minggu Gaudete atau Minggu sukacita. Hal tersebut juga dilambangkan dengan warna lilin yang berbeda yaitu lilin warna merah muda atau pink. Dalam masa penantian ini, kita perlu membawa sukacita pengharapan bahwa Allah akan turun ke dunia dan hadir di tengah-tengah kita.

Kegembiraan banyak digambarkan dengan suasana yang indah, banyak bunga, senyuman serta orang-orang yang selalu mendukung kita. Akan tetapi, Yesus sendiri menggambarkan kegembiaraan dan sukacitanya ketika Dia taat kepada Bapa-Nya dan saat dia dapat berbuat kasih kepada sesama-Nya. Kasih yang muncul karena adanya dorongan belas kasihan. Kasih yang memenuhi hati seseorang untuk memacu dirinya berbuat sesuatu demi orang lain. Kasih yang nyata dan mampu memberi kesaksian bagi banyak orang.

Kita pun sebagai umat beriman perlu menghadirkan sukacita tersebut dalam iman kita karena iman yang kita Imani adalah iman yang sukacita. Iman yang membuat seseorang mampu berbuat kasih. Iman yang menghadirkan roh kudus serta menggerakan roh tersebut memenuhi hati kita masing- masing.

Sukacita iman tersebut pun perlu kita jaga dan rawat dengan cara “Tetaplah berdoa” seperti yang dikatakan dalam bacaan kedua minggu ini dari surat rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika. Berdoa membantu kita untuk merawat sukacita tersebut. Orang yang rajin berdoa akan tampak melalui sukacita yang dia taburkan.

Frater sendiri merasakan bahwa sukacitaku itu ketika berada bersama saudara seiman. Mengapa? Karena dengan iman yang sama membuatku semakin menyadari bahwa kasih

Allah itu nyata serta berdaya sukacita. Suatu pengalaman berasal dari seorang Warga Binaan yang begitu bergembira ketika adanya Ekaristi di Penjara mengatakan bahwa pada saat perayaan itulah hatinya merasa tenang, merasa damai, serta segala kekalutan dan hitam berubah menjadi suatu terang yang menghangatkan. Warga Binaan itu pun mengatakan bahwa orang-orang Katolik itu hebat-hebat memiliki semangat kasih yang genuine, asli dan nyata. Akhirnya pun warga binaan itu dibaptis dan menjadi seorang Katolik.

Oleh karena itu, sukacita yang Tuhan hadirkan dalam masa penantian ini menjadi suatu kekuatan bagi kita para pengikut-Nya untuk semakin berbuah dan berkembang. Masa pandemi pun tidak menjadi penghalang bagi kita untuk tidak bersukacita dalam Tuhan. Pandemi adalah cobaan akan sukacita kita. Allah ingin melihat bagaimana kita tetap bersukacita ketika sekitar kita tidak mampu bahkan untuk terseyum sekalipun, untuk itulah kita dipanggil oleh Allah untuk menyebarkan sukacita tersebut. Salam Keluarga Kudus. Tuhan Memberkati. 😊

Fr. Bernando Gabriel Sitohang

“Luruskan jalan bagi Tuhan”

Ibu, bapak, saudari saudaraku umat Pasar Minggu yang terkasih, salam SUKACITA!

Dalam pelajaran sejarah dunia dan Indonesia, kita fasih dengan kata kerajaan. Beberapa kerajaan yang kita kenal misalkan kerjaan Inggris, Maroko, Jepang, Majapahit, Sriwijaya dan masih banyak lagi. Kerjaan adalah suatu bentuk pemerintahan di sebuah daerah dengan raja sebagai pimpinannya. Seorang raja memiliki kekuasaan penuh untuk seluruh wilayahnya. Kerajaan yang diimpikan adalah kerajaan yang rajanya bijaksana dan adil sehingga negerinya menjadi aman, tentram, dan sejahtera. Impian ini muncul karena kerap kali ketika membayangkan mengenai kerajaan pasti ada saja perseteruan dan peperangan.

Dalam kehidupan beriman pun selalu terjadi perseteruan, pertentangan, peperangan antara yang baik dan yang buruk, antara Roh Kebenaran dan Roh yang menyesatkan. Maka pintu keluar dari peperangan itu adalah pertobatan. Pertobatan kita dapat dimulai dengan menerima Yesus sebagai Raja.

“Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!”. Pertobatan menjadi jalan yang paling mungkin bagi mereka yang masih mengharapkan keselamatan. Karya Yesus awal dimulai dari tanah Zebulon dan Naftali, wilayah bangsa- bangsa lain, bangsa yang diam dalam kegelapan. Menjadi sangat jelas pesan kedatangan Yesus, Sang Terang. Dia membawa terang yang mengalahkan kegelapan (dosa), terang yang menuntun orang keluar dari lembah kelam dosa.

Pertobatan menjadi satu-satunya jalan untuk kembali kepada Tuhan. Pertobatan berarti berbalik dari kehidupan kita yang menjauh dari Tuhan. Bertobat berarti mengakui kesalahan dan dosa yang kita buat, sekaligus memperbaiki apa yang tadinya tidak baik dalam hidup kita, dan tentunya tidak jatuh lagi pada dosa yang sama. Tuhan memberkati.

Rm. Andreas Subekti

Berjaga-jaga dan Bersiap Sedia

Bapak, Ibu, Saudara/I terkasih dan rekan-rekan muda serta anak-anak sekalian, Selamat Hari Minggu. Salam Sehat untuk kita semua.

Suatu ketika ada seorang anak yang ditantang oleh orangtua-nya untuk mendapatkan juara kelas karena anak ini merupakan anak yang sering main game jadi pelajaran sekolahnya terhambat. Tantangan tersebut akan mendapatkan reward bahwa dia bebas mau liburan kemana saja saat liburan sekolah nanti. Sang anak pun akhirnya mengurangi bermain game dan menerima tantangan itu. Dia pun memiliki metode bahwa setelah dia belajar entah itu satu jam atau lebih dia boleh untuk memainkan game, namun selama belajar dia berjanji untuk tidak main game sama sekali.

Awalnya berat bagi anak itu tetapi setelah 1 bulan terlewati, anak itu pun mulai menemukan ritme belajarnya sambil dia tetap bisa main game. Orangtuanya tetap memperhatikan anaknya dalam kesehariannya. Mereka pun menyeledikinya sampai ke sekolah dan guru-guru yang mengajar dia. Anak itu mendapat pujian bahwa dia mengalami kemajuan yang cukup terlihat dalam belajarnya. Orangtuanya pun senang mendengarnya.

Akhirnya, sampailah pada saat Ujian Akhir Sekolah. Selama pekan ujian itu, ada masa dimana ia tampak cemas dan gelisah namun ada masa dia merasa tenang dan baik- baik saja. Memang, ada beberapa pelajaran yang dia masih belum memahami betul tapi ada beberapa pelajaran yang sangat dia kuasai. Lalu, ujian selesai dan beberapa minggu kemudian pembagian rapot. Apa yang terjadi ternyata si anak gagal dan nilainya tipis untuk mendapatkan juara kelas. Dia pun pulang dengan lesu dan wajah muram. Akan tetapi, sesampainya di rumah orangtuanya ternyata tetap memberikan dia hadiah karena dia telah berusaha meskipun belum sempurna. Namun, orangtuanya menghargai usaha dari anaknya dan mereka akhirnya semua berlibur sekeluarga.

Bacaan-bacaan minggu ini mengajak kita untuk berusaha dalam perkaran-perkara yang Tuhan berikan pada kita entah itu perkara besar atau itu perkara kecil. Usaha tersebutlah yang menjadi langkah kita untuk masuk dalam kerajaan surga. Seperti sebuah pepatah latin mengatakan “Ora et Labora” artinya Berdoa dan Berusaha. Sebagai orang beriman, kita senantiasa diminta untuk berdoa sebagai bentuk komunikasi dengan Tuhan namun hal selanjutnya ialah dalam doa-doa kita, kita mengusahakan kemampuan kita yang telah Tuhan karuniakan kepada kita untuk Kemuliaan nama-Nya bukan kepentingan diri sendiri. Usaha yang kita lakukan adalah suatu bukti nyata akan doa-doa kita dalam keseharian dan sebuah sikap bahwa kita senantiasa mengandalkan Tuhan. Karena Tuhan yang memberi dan Tuhan pula yang menuai. Salam Keluarga Kudus. Tuhan Memberkati.

Fr. Nando