“Sabda Bahagia, Jalan Kepada Kekudusan”

Hari Raya Orang Kudus kita rayakan setiap 1 November. Gereja Katolik memiliki ajaran yaitu percaya akan persekutuan para kudus melalui Syahadat Para Rasul. Persekutuan para kudus dapat berarti Gereja dari segala jaman. Lebih khusus lagi dibedakan antara Gereja yang berjuang di dunia ini, Gereja yang menderita khususnya dalam api penyucian, dan Gereja yang mulia dalam kemuliaan surgawi (misteri ini secara khusus dirayakan oleh Gereja setiap tanggal 1 dan 2 November).

Pada hari raya orang kudus, kita mendengar bacaan kitab suci dari Injil Matius 5:1-12a. Seruan apostolik Paus Fransiskus yang berjudul Gaudete et Exultate (Bersukacita dan Bergembiralah) salah satunya terinspirasi dari Matius 5:1- 12. Yesus menjelaskan dengan sangat sederhana apakah artinya menjadi kudus saat Dia mengajarkan Sabda Bahagia (lih. Mat 5:3-12; Luk 6:20-23). Sabda Bahagia seakan merupakan kartu identitas orang Kristiani. Maka kalau seseorang bertanya, “Apakah yang mesti dilakukan untuk menjadi orang Kristiani yang baik?” Jawabannya sederhana: Kita perlu menjalankan, masing-masing dengan caranya sendiri, apa yang dikatakan Yesus dalam Sabda Bahagia. Kata “bahagia” atau “terberkati” menjadi sebuah sinonim dari kata “kudus”, karena kata tersebut mengungkapkan bahwa mereka yang setia kepada Allah dan menghidupi sabda-Nya, dengan pemberian diri mereka, mencapai kebahagiaan sejati (Gaudete et Exsultate 63,64).

Sabda Bahagia sama sekali bukan suatu hal yang ringan atau dangkal; sebaliknya, kita bisa menghayatinya hanya jika Roh Kudus memenuhi kita dengan daya kekuatan-Nya dan membebaskan kita dari kelemahan egoisme, kemalasan dan kesombongan.

Marilah kita dengarkan Yesus sekali lagi, dengan segala cinta kasih dan penghormatan yang layak diterima Sang Guru. Marilah kita persilahkan sabda-Nya mengguncangkan, menantang dan menuntut kita akan suatu perubahan nyata dalam hidup kita. Jika tidak, kekudusan hanya akan merupakan kata-kata. Marilah kita mohon kepada Allah melalui orang-orang kudus yang sudah mulia di surga agar menuntun kita menuju kepada kekudusan.

RD. Antonius Pramono

Mengasihi Allah

Ibu, bapak, saudari saudaraku umat Pasar Minggu yang terkasih, salam SUKACITA!

Siapa yang tidak senang apabila dikasihi oleh orang lain? Semua pasti merasakan kegembiraan. Menurut artikel yang saya baca ada beberapa manfaat mengasihi, yaitu mengatasi stres yang dialami, memperkuat relasi antar pribadi, memperbaiki kesehatan tubuh, melindungi diri dari pengaruh negatif, dan bahkan menurut penelitian, perasaan bahagia dan tenang karena dicintai seseorang dapat membuat diri Anda awet muda. Begitu banyak manfaat dari mengasihi dan dikasihi, tetapi kerap kali kita sulit sekali melakukannya.

Hari ini, melalui Injil, Yesus mengatakan kalimat sederhana tetapi begitu mendalam. Inilah hukum emas dari yang diajarkan oleh Yesus. Mengapa demikian? Karena dalam hukum kasih yang diberikan oleh Yesus, kita diajak untuk memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan dan sesama. Kasih ini menuntut sikap hati yang menghormati dan menghargai Allah sehingga kita sungguh-sungguh merindukan persekutuan dengan-Nya, berusaha untuk menaati Dia, dan benar-benar memperdulikan kehormatan dan kehendak-Nya di dunia.

Wujud kasih kita kepada Allah adalah kesetiaan dan keterikatan terhadap Dia; beriman yang kokoh kepada Dia; kesetiaan dan penyerahan kita kepada-Nya; ketaatan yang sungguh-sungguh; dan kerinduan akan kehadiran dan persekutuan-Nya. Semoga kita semakin mengasihi Tuhan dalam situasi pandemi ini. Tuhan memberkati

Rm. Andreas Subekti

Ini Aku Tuhan, Utuslah Aku

HARI MINGGU BIASA XXIX (Hari Minggu Misi)

Selamat Hari Minggu Misi Sedunia! Selamat Hari Minggu Bapak, Ibu, Saudara/I, rekan-rekan muda, dan anak-anak sekalian. Salam Keluarga Kudus.

Hari minggu ini kita merayakan Hari Minggu Misi Sedunia. Tema yang diusung adalah “Ini Aku Tuhan, Utuslah Aku”. Tema tersebut memiliki sekurang-kurangnya dua permenungan, yaitu keterbukaan untuk dibentuk dan kerelaan hati menerima tugas dari Tuhan.

Keterbukaan hati untuk dibentuk oleh Tuhan ada pada kalimat “Ini Aku Tuhan”. Kalimat sederhana tersebut menjadi penanda bagi orang yang dengan segala kelemahan dan kekurangannya mau melayani Tuhan. Keterbukaan hati ini juga membuat seseorang untuk senantiasa dibentuk dan diperbarui oleh Tuhan, Sang Mesias Juru Selamat kita.

Dibentuk dan diperbarui oleh Allah membawa kita pada pengenalan diri kita pada Allah. Mengenali diri untuk melayani Tuhan membuat seseorang mampu untuk siap sedia diutus kemanapun. Perutusan sendiri memiliki unsur kerelaan hati. “Utuslah Aku” menjadi kunci bagi seseorang untuk mau menghadapi tantangan dalam perutusan terlebih sebagai murid-murid Kristus. Seorang yang diutus sangat diperlukan sikap kerelaan hati. Kerelaan untuk diperbarui oleh Tuhan serta meninggalkan “kantong” yang lama untuk diisi dengan yang baru.

Saya sendiri yang sedang menjalani perutusan terkadang tertatih-tatih melangkah dalam menjalankannya. Namun, saya yakin dan percaya bahwa Tuhan menyertai saya. Berkat-Nya selalu menyertai saya dalam setiap perutusan saya terlebih dalam masa Tahun Orientasi Pastoral ini. Perutusan yang dimaksud bukan hanya berfokus pada tugas gereja atau yang luar biasa saja. Melainkan dimulai dari keseharian kita serta identitas sebagai murid-murid Kristus.

Paus Fransiskus pun menyadari bahwa misi yang Tuhan percayakan pada seseorang membawa diri orang tersebut dari ketakutan dan mawas diri kepada realisasi yang dibarui. Bahkan, kita bisa menemukan diri sendiri ketika kita memberikan diri kita sendiri kepada orang lain. Ia meminta kita untuk secara personal bersedia diutus, karena Ia adalah Kasih yang selalu ada pada misi selalu menjangkau hingga memberikan hidup. Keluar dari kelimpahan kasih-Nya bagi kita, Allah Bapa mengutus Yesus Putra-Nya (bdk. Yoh. 3:16).

Misi adalah tanggapan bebas dan sadar atas panggilan Allah. Tetapi kita melihat panggilan ini hanya ketika kita memiliki hubungan cinta personal dengan Yesus yang hadir di dalam Gereja-Nya. Perayaan hari Minggu Misi Sedunia juga sekaligus penegasan bagaimana doa, renungan, dan bantuan material wujud persembahan Anda merupakan begitu banyak peluang untuk ikut ambil bagian secara aktif dalam misi Yesus di dalam Gereja-Nya.

Fr. Bernando Sitohang

DIAM DI RUMAH TUHAN

HARI MINGGU BIASA XXVIII A

Bapak, ibu, saudara/i, rekan-rekan muda, dan anak-anak yang dikasihi oleh Tuhan. Selamat hari Minggu. Salam sehat untuk kita semua.

Minggu ini banyak kejadian-kejadian yang melanda negeri kita. Peristiwa-peristiwa yang membuat hati, pikiran, dan perasaan kita menjadi cemas atau mungkin gelisah. Gelisah karena peristiwa yang terjadi atau mungkin gelisah karena pandemi belum juga dapat teratasi. Semua masih belum begitu kelihatan jelas titik terangnya.

Bacaan-bacaan yang kita dengarkan hari Minggu ini mengajak kita untuk mampu “diam” di rumah Tuhan. Artinya bahwa kita menyerahkan semuanya pada Tuhan. Namun, bukan berarti kita menjadi tidak berbuat apa-apa, kita tetap mengusahakan apa yang dapat kita lakukan. “Banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih”, kata-kata kitab suci ini bukan hanya merujuk pada orang yang mau menjadi seorang biarawan/biarawati dan romo saja, namun mencakup semua orang yang menjadi murid Kristus. Kita orang yang dipilih Allah untuk mengimani-Nya dalam kehidupan kita. Allah yang senantiasa menyertai kita. Allah yang senantiasa mendampingi kita. Allah yang senantiasa ada bersama kita.

Kita dapat berkaca melalui sejarah yang tertulis pada Kitab Perjanjian Lama yang mengkisahkan bagaimana Allah setia menemani bangsa pilihannya yaitu Israel. Dari situ kita dapat melihat bahwa Allah pasti menepati janji-Nya. Allah selalu hadir dan mendengarkan orang-orang pilihannya.

Oleh karena itu, kita yang dipanggil dan dipilih oleh Allah diajak oleh Allah untuk mendiami rumah-Nya. Karena dalam rumah-Nya ada kebahagiaan seperti yang dikatakan dalam Mazmur Tanggapan “Berbahagialah yang mendiami Rumah Tuhan”.

Akhirnya, sebagai murid-murid Kristus, kita mampu menyerahkan segalanya pada Allah terlebih kecemasan dan kegelisahan kita serta ikut turut terus menerus mendoakan

untuk bangsa ini, untuk dunia ini dan untuk semua saja yang membutuhkan doa kita. Salam Sehat, Salam Keluarga Kudus.
Tuhan Berkati.

Oleh: fr. Nando


Allahku Bangga

SIAPA yang pernah mengalami kekecewaan dalam hidup? Kecewa karena nilai tak sesuai harapan, kecewa karena pekerjaan tidak menghasilkan sesuatu yang memuaskan, kecewa karena relasi yang dikhianati, dan berbagai macam kekecewaan lainnya. Disinyalir, kecewa bisa terjadi karena ada harapan yang terlalu tinggi, usaha yang dilakukan kurang maksimal, meremehkan hal-hal kecil, membuang-buang waktu, dan terlalu nyaman di zona aman. Minggu ini kita juga mendapatkan cerita tentang kekecewaan.

Dalam Bacaan I dikatakan bahwa pemilik kebun anggur kecewa karena anggur panenannya asam. Dalam Bacaan Injil, Yesus memberikan perumpamaan mengenai pemilik kebun anggur yang kecewa karena penghasilan dari panen anggur tidak dia terima. Kekecewaan mereka bukan karena harapan yang terlalu tinggi, bukan pula karena usaha yang kurang maksimal, bukan karena meremehkan hal-hal kecil. Kekecewaan itu justru muncul dari para pekerja kebun yang tidak bekerja dengan baik. Padahal segalanya sudah disediakan oleh pemilik kebun.

Allah telah memberikan kepada kita berbagai macam hal berkat, talenta, kemampuan, dan masih banyak lagi. Allah telah memperhatikan hal-hal kecil dalam hidup kita, Allah dengan kebaikannya juga mengutus Yesus untuk menebus dosa-dosa kita. Maka berdasarkan itu semua, kita tidak mau menjadi murid-murid yang mengecewakan Allah. Kita mau membanggakan Allah dengan tindakan dan hidup kita. Maka, hiduplah rukun, percaya satu sama lain, dan wartakan kabar sukacita pada sesama. Tuhan memberkati.

Rm. Andreas Subekti