KURSUS EVANGELISASI PRIBADI (KEP) Angkatan 17
KEP akan diadakan pada tanggal 5 Juli – 23 Oktober 2021,
setiap hari Senin & Kamis pukul 19:00 – 20:00 WIB secara
virtual (online). Pendaftaran dimulai pada 30 Januari 2021 dan
dapat menghubungi Cipto (08568271296), Alex
(087873641758), Siska (085218885453); Christina Retno
(0812 1943 0395), Angel ( 0817 7072 069), Dewi Talenta
(085772824578). Biaya pendaftaran Rp200.000/ orang.
Silahkan mengisi form di bawah ini: http://bit.ly/PesertaKEP
Category: Berita Paroki
JADWAL PETUGAS TAPERKOL MEI 2021
TANGGAL MISA | PETUGAS TAPERKOL | CATATAN |
Kamis, 27 Mei | Lingkungan 404 | 2 Orang Petugas Taperkol |
Minggu, 30 Mei (Misa I) | Wilayah 3 tim 2 (Misa I) | Misa untuk umat Wil 3 & 5 |
Minggu, 30 Mei (Misa II) | Wilayah 4 (Misa II) | Misa untuk umat Wil 1, 2, & 4 |
Kamis, 3 Juni | Lingkungan 405 | 2 orang petugas taperkol |
Suasana Perayaan Misa Natal di Gereja Paroki Keluarga Kudus Pasar Minggu

Natal tahun ini, dilaksanakan di tengah situasi pandemi Covid 19 Seperti misa malam Natal yang dilaksankan di seluruh gereja. Gereja Paroki Keluarga Kudus Pasar Minggu, merayakannya dengan hikmat dan melaksanakan protokol kesehatan. Semua umat yang hadir, di cek suhu kemudian daftar diri, cuci tangan, dan tentu setiap umat memakai masker. Misa Natal dilaksanakan 2 kali, misa pertama jam 16.30-17.30 dan misa kedua 20.00-21.00.
Misa pertama dipimpin Romo R.D. Andreas Subekti Dalam pesan natalnya Romo mengatakan, “Natal tahun ini yang dilaksanakan dengan kesederhanaan, karnanya Tuhan Jesus hadir dalam kesederhanaan, ditengah situasi pandemi ini yang kita jalani dengan tetap melakukan protokol kesehatan.








Kekuatan Hidup di Masa Pandemi

Tulisan dibuat oleh Stephanie Sandra Weyner, Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
DI masa pandemi yang masih berlangsung saat ini, bukan menjadi hal yang tidak mungkin bagi kita merasa kehilangan harapan dan semangat dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Keadaan yang rasanya semakin sulit menjadi pemicu pikiran-pikiran ini timbul. Sesuai dengan judul, yaitu kekuatan hidup di masa pandemi, mari berkaca pada perjalanan hidup seorang tokoh yang menginspirasi, terutama dengan pemikiran dan pengajaran beliau dalam mendalami Kitab Suci.
Tokoh tersebut ialah Romo Josep Susanto, Pr. Romo kelahiran Jakarta, 23 Maret 1977 ini adalah seorang imam di Keuskupan Agung Jakarta. Dalam perjalanan pengabdiannya itu, Romo Josep telah membuahkan berbagai karya, salah satunya tertuang dalam bentuk buku yang diterbitkan. Sejauh ini, beliau telah menerbitkan tiga buku. Buku pertama dengan judul Tiada Kata Tanpa Makna terbit pada tahun 2015. Lalu, pada tahun 2017 terbit buku kedua yang berjudul Ketika Salib Terasa Berat. Kemudian, buku ketiga diterbitkan pada tahun 2019 dengan judul Berhikmat dengan Perumpamaan.
Saat ini beliau menjadi imam di Keuskupan Agung Jakarta. Sebagai Staf Seminari Tinggi Yohanes Paulus II, ia mendampingi para frater. Beliau juga menjadi dosen kitab suci di STF Driyakara. Selanjutnya, beliau diamanatkan sebagai Ketua Komisi Kerasulan Kitab Suci. Romo Josep adalah Ketua Tim Penyusun Buku “Bulan Kitab Suci” Keuskupan Agung Jakarta.
Selain menjadi pengajar, hal yang istimewa adalah beliau aktif menjalankan karya pewartaan kerajaan Allah melalui media digital, yaitu di channel YouTube miliknya yang bernama BIBLE LEARNING WITH FATHER JOSEP SUSANTO. Beliau menggunakan kata “father” bukan “romo” karena beliau ingin agar pewartaannya tidak hanya terkotak untuk umat Katolik saja, melainkan supaya pewartaan ini dapat menyatukan semua umat Kristiani di mana pun mereka berasal. Selain membahas Kitab Suci, beliau juga berbagi pengalaman hidupnya terkait kisah kasih Tuhan dalam video yang diunggahnya. Beliau berharap agar bible learning dapat menjadi media untuk mengajak penonton memperbaiki relasi dan komunikasi dengan Tuhan.
Dalam sebuah video YouTube yang diunggah oleh Romo Josep, beliau pernah membahas tentang kekuatan berupa iman, harapan dan kasih. Apa itu kasih? Apa tujuan kasih? Bagaimana kasih yang kita kenal dan coba kita hidupi tidak hanya menjadi informasi belaka, tetapi juga membawa kita pada sebuah transformasi diri?
Transformasi diri yang dimaksud ialah dalam iman, pengharapan, dan kasih, manusia diajak untuk berkembang. Berkembang seturut dengan pengalaman pribadinya. Berkembang untuk semakin mengenal Allah yang Maha Pengasih. Berkembang untuk menaruh harapan pada Allah sebagai sang sumber kasih dan hidup didalam kasih itu sendiri.
Santo Paulus menggambarkan perjalanan iman kita seperti kanak-kanak dalam berpikir, bertutur kata, dan berasa. Seorang anak tidak pernah berpikir tentang kesulitan hidup yang dialami orang dewasa. Seorang anak hanya meminta dan tidak berpikir untuk berkorban, berbagi, terlebih memikirkan orang lain. Menjadi suatu hal yang wajar ketika seorang anak memikirkan dirinya sendiri. Namun, Santo Paulus menegaskan “sekarang, sesudah aku menjadi dewasa, aku meinggalkan sifat kanak-kanak itu”.
Dalam konteks ini, yang dimaksud adalah status kita sebagai pengikut Kristus ada dalam sebuah perjalanan yang diibaratkan dengan sebuah tahapan kehidupan. Menjadi tidak wajar lagi kalau seorang dewasa hanya memikirkan apa yang menjadi kepentingan dirinya sendiri. Sudah menjadi hal yang dituntut dalam kehidupan, bila seorang masuk dalam tahap dewasa, ia sudah harus berpikir tentang perjuangan dalam menekuni hidup, mencari nafkah, bahkan memikirkan orang lain di sekitar dirinya. Demikian pun dengan perjalanan iman kita. Jangan sampai sudah puluhan tahun menjadi pengikut Kristus, tetapi iman, harapan, dan kasih kita kerdil. Tidak bertumbuh sebagaimana manusia dituntut untuk tumbuh dalam hidupnya.
Demikian pula relasi kita dengan Allah. Jikalau sebagai seorang dewasa, doa kita hanya meminta apa yang kita kehendaki, inilah salah satu petunjuk bahwa iman kita belum berkembang sebagaimana mestinya. Ketika berdoa dan berelasi dengan Allah, kita harus berpikir selayaknya orang dewasa, yaitu apa yang dikehendaki oleh Allah untuk hidup kita. Saat dianggap sudah dewasa, kita juga dianggap sudah pantas diberi tugas tertentu. Silakan dalam perjalanan hidup, mencari tugas dan misi yang diberikan Tuhan untuk diselesaikan sepanjang hidup kita.
Umumnya anak-anak tidak pernah berpikir tentang tujuan hidupnya. Namun, orang dewasa diajak untuk mulai berpikir dan mampu menjalani serta mengarahkan hidupnya ke tujuan yang jelas. Tuhanlah tujuan dan akhir hidup kita. Kesanalah kita melangkah sebagai seorang dewasa. Dewasa dalam beriman, kita juga diajak untuk mencari jalan apa yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut.
Santo Paulus mengungkapkan 3 kekuatan para pengikut Kristus, yaitu iman, harapan, dan kasih. Tiga hal ini saling terikat satu sama lain. Meskipun dikatakan kasih sebagai yang terbesar, tetapi jika kasih tidak diiringi dengan iman yang kuat dan harapan yang pasti, akan menjadi sia-sia.
Iman, harapan, dan kasih adalah 3 kekuatan para pengikut Kristus untuk tetap berdiri tegar seperti Maria dibawah kaki salib. Untuk tetap kuat menghadapi dunia yang sedang terombang-ambing oleh wabah virus corona. Untuk tetap yakin berpegang pada pegangan yang kokoh, yaitu pada Kristus yang kita imani, sumber harapan kita, dan daripadaNyalah kita belajar untuk mengasihi.
Akhir kata, Romo Josep berharap semoga iman yang kita miliki saat ini adalah iman yang berada pada sebuah proses pertumbuhan. Iman kita ini akan terus dipupuk dengan pupuk yang subur, sehingga perkembangannya terlihat nyata. Pada akhirnya, iman kita akan berbunga dan berbuah untuk diri kita maupun sesama. (*)
Berjaga-jagalah, Tuhan Akan Datang
Saudara-saudari sekalian, kalimat di atas saya pilih untuk
menggambarkan situasi saat ini. Saat ini, umat yang sudah
lama tidak sambut komuni akan mendapat kesempatan
sambut komuni. Saat komuni diterima oleh umat, maka Tuhan
hadir melalui Sakramen Maha Kudus di rumah-rumah. Inilah
saat yang penuh rahmat. Silakan Anda mempersiapkan diri
dengan sungguh-sungguh karena Tuhan akan datang. Inilah
kesempatan baik yang perlu dimanfaatkan oleh umat.
Ada frasa dalam bahasa Latin, yaitu : Carpe diem. Artinya
adalah: “Petiklah hari.” Kalimat lengkapnya adalah: “carpe
diem, quam minimum credula postero” yang berarti: “Petiklah
hari dan percayalah sedikit mungkin akan hari esok.” Maksud
kata-kata ini adalah orang dianjurkan untuk hidup
memanfaatkan hari ini secara lebih optimal, tidak menunda
sesuatu untuk hari esok, dengan begitu kita lebih dapat
memanfaatkan waktu yang diberikan secara optimal. Maka
dalam konteks situasi saat ini, kesempatan baik untuk sambut
komuni perlu dimanfaatkan dengan sungguh-sungguh. Kita
berjaga-jaga menyiapkan diri dalam doa untuk kehadiran
Tuhan dalam komuni.
Mulai Minggu ini, kita umat Katolik memasuki masa
Adven. Istilah “Adven” berasal dari bahasa Latin “adventus”,
yang berarti “kedatangan dengan semarak”. Sebelum hari
Natal, ada 4 minggu masa Adven, di mana Gereja
memperingati dan mengenangkan bahwa Tuhan datang.
Tuhan datang dalam diri Yesus Kristus yang lahir di dunia ini.
Melalui kelahiran-Nya di dunia, Dia mau memberikan
kegembiraan kepada manusia. Kita berusaha mempersiapkan
diri kita untuk menyambut kedatangan-Nya. Gereja telah
menetapkan masa Adven sebagai masa persiapan
menyambut kelahiran-Nya.
Sabda Tuhan mengingatkan kita untuk “hati-hati dan
berjaga-jaga”. Terjemahan bahasa Yunani untuk “hati-hati”
adalah “melihat”. Maka artinya menjadi: “bukalah matamu”.
Membuka mata atau melihat di sini, bukan hanya secara fisik,
namun membuka mata rohani, mata hati. Kita diajak untuk
melihat dengan hati, mempersiapkan hati kita guna
menyambut kedatangan Yesus. Kedatangan Yesus kapan?
Kedatangan Yesus yang kita kenang saat hari raya Natal.
Kita persiapkan hati kita, rohani kita dengan berdoa. Kita
juga merenungkan Sabda selama masa Adven, selama 4
Minggu ini, agar kita benar-benar siap dan mantap
menyambut Tuhan Yesus yang lahir ke dunia, yang kita
kenangkan saat Natal nanti. Semoga Tuhan memberi karunia
kepada kita untuk tekun menantikan kedatangan-Nya dengan
berjaga-jaga dan berdoa.
RD. Antonius Pramono