Kekuatan Hidup di Masa Pandemi

INSTAGRAM/RMJOSUSANTO

Tulisan dibuat oleh Stephanie Sandra Weyner, Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga

DI masa pandemi yang masih berlangsung saat ini, bukan menjadi hal yang tidak mungkin bagi kita merasa kehilangan harapan dan semangat dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Keadaan yang rasanya semakin sulit menjadi pemicu pikiran-pikiran ini timbul. Sesuai dengan judul, yaitu kekuatan hidup di masa pandemi, mari berkaca pada perjalanan hidup seorang tokoh yang menginspirasi, terutama dengan pemikiran dan pengajaran beliau dalam mendalami Kitab Suci.

Tokoh tersebut ialah Romo Josep Susanto, Pr. Romo kelahiran Jakarta, 23 Maret 1977 ini adalah seorang imam di Keuskupan Agung Jakarta. Dalam perjalanan pengabdiannya itu, Romo Josep telah membuahkan berbagai karya, salah satunya tertuang dalam bentuk buku yang diterbitkan. Sejauh ini, beliau telah menerbitkan tiga buku. Buku pertama dengan judul Tiada Kata Tanpa Makna terbit pada tahun 2015. Lalu, pada tahun 2017 terbit buku kedua yang berjudul Ketika Salib Terasa Berat. Kemudian, buku ketiga diterbitkan pada tahun 2019 dengan judul Berhikmat dengan Perumpamaan.

Saat ini beliau menjadi imam di Keuskupan Agung Jakarta. Sebagai Staf Seminari Tinggi Yohanes Paulus II, ia mendampingi para frater. Beliau juga menjadi dosen kitab suci di STF Driyakara. Selanjutnya, beliau diamanatkan sebagai Ketua Komisi Kerasulan Kitab Suci. Romo Josep adalah Ketua Tim Penyusun Buku “Bulan Kitab Suci” Keuskupan Agung Jakarta.

Selain menjadi pengajar, hal yang istimewa adalah beliau aktif menjalankan karya pewartaan kerajaan Allah melalui media digital, yaitu di channel YouTube miliknya yang bernama BIBLE LEARNING WITH FATHER JOSEP SUSANTO. Beliau menggunakan kata “father” bukan “romo” karena beliau ingin agar pewartaannya tidak hanya terkotak untuk umat Katolik saja, melainkan supaya pewartaan ini dapat menyatukan semua umat Kristiani di mana pun mereka berasal. Selain membahas Kitab Suci, beliau juga berbagi pengalaman hidupnya terkait kisah kasih Tuhan dalam video yang diunggahnya. Beliau berharap agar bible learning dapat menjadi media untuk mengajak penonton memperbaiki relasi dan komunikasi dengan Tuhan.

Dalam sebuah video YouTube yang diunggah oleh Romo Josep, beliau pernah membahas tentang kekuatan berupa iman, harapan dan kasih. Apa itu kasih? Apa tujuan kasih? Bagaimana kasih yang kita kenal dan coba kita hidupi tidak hanya menjadi informasi belaka, tetapi juga membawa kita pada sebuah transformasi diri?

Transformasi diri yang dimaksud ialah dalam iman, pengharapan, dan kasih, manusia diajak untuk berkembang. Berkembang seturut dengan pengalaman pribadinya. Berkembang untuk semakin mengenal Allah yang Maha Pengasih. Berkembang untuk menaruh harapan pada Allah sebagai sang sumber kasih dan hidup didalam kasih itu sendiri.

Santo Paulus menggambarkan perjalanan iman kita seperti kanak-kanak dalam berpikir, bertutur kata, dan berasa. Seorang anak tidak pernah berpikir tentang kesulitan hidup yang dialami orang dewasa. Seorang anak hanya meminta dan tidak berpikir untuk berkorban, berbagi, terlebih memikirkan orang lain. Menjadi suatu hal yang wajar ketika seorang anak memikirkan dirinya sendiri. Namun, Santo Paulus menegaskan “sekarang, sesudah aku menjadi dewasa, aku meinggalkan sifat kanak-kanak itu”.

Dalam konteks ini, yang dimaksud adalah status kita sebagai pengikut Kristus ada dalam sebuah perjalanan yang diibaratkan dengan sebuah tahapan kehidupan. Menjadi tidak wajar lagi kalau seorang dewasa hanya memikirkan apa yang menjadi kepentingan dirinya sendiri. Sudah menjadi hal yang dituntut dalam kehidupan, bila seorang masuk dalam tahap dewasa, ia sudah harus berpikir tentang perjuangan dalam menekuni hidup, mencari nafkah, bahkan memikirkan orang lain di sekitar dirinya. Demikian pun dengan perjalanan iman kita. Jangan sampai sudah puluhan tahun menjadi pengikut Kristus, tetapi iman, harapan, dan kasih kita kerdil. Tidak bertumbuh sebagaimana manusia dituntut untuk tumbuh dalam hidupnya.

Demikian pula relasi kita dengan Allah. Jikalau sebagai seorang dewasa, doa kita hanya meminta apa yang kita kehendaki, inilah salah satu petunjuk bahwa iman kita belum berkembang sebagaimana mestinya. Ketika berdoa dan berelasi dengan Allah, kita harus berpikir selayaknya orang dewasa, yaitu apa yang dikehendaki oleh Allah untuk hidup kita. Saat dianggap sudah dewasa, kita juga dianggap sudah pantas diberi tugas tertentu. Silakan dalam perjalanan hidup, mencari tugas dan misi yang diberikan Tuhan untuk diselesaikan sepanjang hidup kita.

Umumnya anak-anak tidak pernah berpikir tentang tujuan hidupnya. Namun, orang dewasa diajak untuk mulai berpikir dan mampu menjalani serta mengarahkan hidupnya ke tujuan yang jelas. Tuhanlah tujuan dan akhir hidup kita. Kesanalah kita melangkah sebagai seorang dewasa. Dewasa dalam beriman, kita juga diajak untuk mencari jalan apa yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut.

Santo Paulus mengungkapkan 3 kekuatan para pengikut Kristus, yaitu iman, harapan, dan kasih. Tiga hal ini saling terikat satu sama lain. Meskipun dikatakan kasih sebagai yang terbesar, tetapi jika kasih tidak diiringi dengan iman yang kuat dan harapan yang pasti, akan menjadi sia-sia.

Iman, harapan, dan kasih adalah 3 kekuatan para pengikut Kristus untuk tetap berdiri tegar seperti Maria dibawah kaki salib. Untuk tetap kuat menghadapi dunia yang sedang terombang-ambing oleh wabah virus corona. Untuk tetap yakin berpegang pada pegangan yang kokoh, yaitu pada Kristus yang kita imani, sumber harapan kita, dan daripadaNyalah kita belajar untuk mengasihi.

Akhir kata, Romo Josep berharap semoga iman yang kita miliki saat ini adalah iman yang berada pada sebuah proses pertumbuhan. Iman kita ini akan terus dipupuk dengan pupuk yang subur, sehingga perkembangannya terlihat nyata. Pada akhirnya, iman kita akan berbunga dan berbuah untuk diri kita maupun sesama. (*)