Hadirkan Spiritualitas Gereja Katolik di Tengah Masyarakat Majemuk
IWAN Christiawan Budiwibowo, atau yang akrab disapa Iwan, adalah salah satu umat Paroki Pasar Minggu yang terlibat dalam kepanitiaan tahun persatuan 2018. Kepada KOMSOS, pria lulusan Fakultas Hukum Universitas 11 Maret, Solo, pada tahun 1990 ini bercerita pernah terlibat sebagai salah satu pendiri organisasi dalam paroki bernama “Lex Perfecta”, sebuah lembaga bantuan hukum non-profit yang melayani kebutuhan umat paroki yang mempunyai permasalahan hukum pada saat Paroki Pasar Minggu berada di bawah kepemimpinan Romo Hadiwijoyo.
Pada periode tahun 2017-2020, pria kelahiran tahun 1971 ini ditunjuk oleh Pastor Paroki Pasar Minggu untuk menjadi Ketua Seksi Keadilan dan Perdamaian Gereja (SKP), sebuah seksi/pelayanan baru dalam paroki yang dilandasi semangat filosofis “sebuah rumah besar untuk membangun keutuhan ciptaan-Nya”.
SKP memiliki empat pilar karya yakni Sub Seksi Lingkungan Hidup, Sub Seksi Hukum dan HAM, Sub Seksi Keadilan dan Kesetaraan Gender, serta Sub Seksi Peduli Migrant dan Perantau. Meskipun SKP belum terlihat secara nyata, Iwan mengatakan bahwa Sub Seksi Lingkungan Hidup sudah mulai berperan dalam paroki seperti kegiatan bak sampah, hidroponik, dan lain-lain. Ketiga sub seksi yang lain baru mendapatkan pembekalan materi dari KAJ namun sudah menyusun beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2018 ini seperti pemberian konsultasi hukum gratis di tiap hari Jumat bagi yang membutuhkan.
Dalam rangka tahun persatuan 2018, atas permintaan Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) untuk membentuk Panitia Penggerak Paroki, Iwan ditunjuk oleh DPH/romo untuk menjadi ketua Panitia Penggerak Paroki Pasar Minggu. Semangat membangun tahun persatuan ini berawal dari keprihatinan bersama mengenai terkikisnya nilai-nilai toleransi antar sesama anak bangsa yang berbeda suku, agama, antar golongan.
“Maksud dan tujuan tahun persatuan yang dicanangkan oleh KAJ itu adalah untuk menghadirkan spiritualitas Gereja Katolik secara nyata di tengah masyarakat yang majemuk dengan konsep utama ‘Amalkan Pancasila, Kita Bhinneka Kita Indonesia’,” jelas Iwan.
Gereja, sambung dia, dituntut untuk hadir dan mampu menjaga semangat keutuhan persatuan dalam bingkai NKRI. Iwan, beserta panitia tahun persatuan paroki telah menyusun berbagai rencana seperti misa inkulturasi, pembagian takjil ke mushola-mushola sekitar gereja, membantu sumbangan hewan qurban, silahturahmi ke berbagai tokoh masyarakat dan agama di sekitar lingkungan paroki, fun run tahun kemerdekaan bersama tokoh-tokoh ormas/pemuda lintas agama, seminar kebangsaan dan sebagainya. Selain itu, panitia juga akan mengikuti pedoman yang telah diberikan oleh KAJ yaitu gerakan transformatif.
Iwan mengakui bahwa ia senang terlibat dalam panitia tahun persatuan paroki sebab ia beserta panitia mengenal orang-orang yang berbeda agama, suku, dan golongan. Meskipun ia dan setiap anggota panitia memiliki kesulitan dalam waktu untuk bertemu karena kesibukan mereka masing-masing, Iwan yakin bahwa dengan komitmen dan integritas yang dibalut dengan spiritualitas pelayanan kesulitan tersebut dapat diatasi.
Iwan juga berharap, setelah berakhirnya tahun persatuan, semua orang baik umat katolik maupun umat lintas agama menjadi semakin toleran, menghargai perbedaan dan senantiasa bergandengan tangan bekerja sama menyongsong Indonesia yang lebih baik. (RAFA/KOMSOS)