Sabda Tuhan Berakar dalam Diri

katakese01_19_09_29_01

INJIL minggu ini berisi tentang perumpamaan. Perumpamaan itu berkaitan dengan firman Tuhan. Ada benih yang ditaburkan di pinggir jalan, tanah berbatu, dan di tengah semak duri.

Cara petani Palestina waktu itu menaburkan benih dengan menyebarkan benih pakai tangan ke atas ladang. Berbeda dengan cara yang mungkin kita kenal. Yang saya tahu, tanah itu diolah dulu, dicangkul, disiapkan, baru disebar benih. Cara petani Palestina waktu itu yaitu dengan menabur benih, baru membajak ladangnya. Maka ada benih yang jatuh di pinggir jalan, tanah berbatu, dan di tengah semak duri. Yang terjadi kemudian menurut sabda Tuhan adalah : benih yang jatuh di pinggir jalan tidak sempat diolah dan dimakan burung. Benih yang jatuh di tanah berbatu akan sulit tumbuh di tanah berbatu (keras, kersang). Meski diberi air, akan cepat kering lagi. Benih di semak duri akan dihimpit semak, sehingga tidak tumbuh. Semak dapat tumbuh di tanah kersang dan berbatu. Meski tanah itu dibersihkan, namun tidak lama semak akan tumbuh lagi. Lalu benih yang ada di tanah baik akan tumbuh di tanah baik tersebut.

Melalui sabda Tuhan ini ada pesan yang dapat kita maknai dalam hidup kita. Banyak orang yang menerima berita Injil, tapi sedikit yang beriman dengan benar. Perumpamaan tentang benih yang jatuh di aneka macam tanah, guna menjelaskan kenyataan yang ada tentang cara orang mendengar Injil. Orang yang mendengar Injil tanpa memberi tempat di hati atau membuatnya berakar dalam hati karena tidak tahan hambatan, godaan harta, kekayaan, kekuatiran, akhirnya tidak menghasilkan apa-apa. Tapi orang yang menerima firman dengan segenap hati akan memperoleh hasil yang berlipat ganda.

Kita berusaha menjadi “tanah yg baik”, yaitu yang mendengar Sabda dan memahami. Kita berusaha agar sabda Tuhan mengakar dalam hati dan pikiran kita. Bagaimana caranya? Caranya dengan bertekun membaca sabda Tuhan dalam Kitab Suci, merenungkan Sabda itu, dan berusaha melaksanakan dalam hidup sehari-hari. Bila kita terbiasa membaca, mendengarkan, dan merenungkan sabda Tuhan, semoga Sabda itu mengakar dalam diri kita, sehingga kita mampu mewujudkan sabda Tuhan dalam hidup sehari-hari.

RD. Antonius Pramono