“BANGUNLAH!”

HARI MINGGU BIASA XIII

27 Juni 2021

Ibu, bapak, saudari-saudara serta anak-anak yang dikasihi Tuhan, semoga tetap semangat dan sukacita di saat-saat ini.


Dengan melonjaknya kasus covid-19 ini, maka Paroki kembali mengedepankan protokol kesehatan ketat dan meniadakan misa tatap muka. Pandemi merajalela, banyak umat juga harus mengalami situasi ini. Dunia sedang tidak
baik-baik saja, saatnya kita berserah kepada kehendak Tuhan Yesus.


Berserah bukan berarti menyerah, berserahlah seperti kepala rumah ibadah. Kepala rumah ibadah datang kepada
Yesus dan memohon kepada-Nya, “datanglah kiranya, dan letakanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia tetap selamat dan
tetap hidup” (Markus 5:23). Berserah berarti mengakui bahwa diri kita tidak mampu mengatasi masalah. Berserah menuntut sikap rendah hati dari kita – bahwa manusia butuh belas kasih Allah, butuh kekuatan dan kuasa dari Tuhan Yesus. Kepala rumah ibadah datang kepada Yesus dengan sikap rendah hati yang sangat luar biasa. Siapapun kita ternyata tetap membutuhkan bantuan orang lain untuk keluar dari segala kesulitaan yang dialami.


Yesus menyembuhkan dengan memegang tangan anak itu dan berkata “bangunlah!”. Sekarang saatnya kita juga berusaha mengulurkan tangan kepada sesama dan berkata bangunlah. Bangunlah dari rasa putusasamu, bangunlah dari sikap rendah diri, bangunlah dari keterpurukanmu, bangunlah dari kesedihanmu. Itu yang bisa kita katakana sebagai harapan bagi sesama, terutama mereka yang sakit karena pandemi Covid-19 ini.

RD. ANDREAS SUBEKTI

Mengapa Kamu Takut?

RENUGAN MINGGUAN

20 JUNI 2021

Bapak, Ibu, saudara/I, rekan-rekan muda dan anak-anak
yang dikasihi Tuhan, Selamat Hari Minggu! Salam Sehat untuk
kita semua.


Minggu ini kita memasuki Hari Minggu Biasa ke-XII. Pada
hari ini Tuhan bertanya pada kita “Mengapa Kamu Takut?”.
Takut menjadikan seseorang menjadi cemas, gelisah dan
resah. Ketakutan yang mampu membuat orang menjadi tidak
percaya bahwa ada Tuhan berada bersama kita. Ketakutan
menjadikan kita kecil dan tidak berkembang. Namun, Ketika
kita datang pada Tuhan, Dia pun menghardiknya lalu semua
menjadi tenang dan damai serta selamat.


Dalam sebuah pengalaman Ketika frater naik Grab motor.
Frater terkesan dengan beliau. Beliau yang bertanya-tanya
mengapa frater keluar dari Paroki dan apakah ada tempat
tinggal di dalam gereja membuat frater akhirnya berdiskusi
banyak dengan abang grab tersebut. Dalam obrolan tersebut,
frater bertanya pada dia begini “ apakah abang gak takut narik
Grab pada masa covid begini?”. Abang Grab menjawab “ saya
lebih takut lagi apabila anak-istri saya tidak makan pak”.
Sejujurnya setelah mendengar jawaban abang Grab tersebut
hati frater seperti kelu dan speecless serta mendoakan supaya
abang Grab tersebut tetap sehat demi keluarga yang
dicintainya.


Setiap dari kita punya kecemasan dan ketakukan.
Namun, pada Minggu ini, Tuhan menguatkan dan
meneguhkan kita agar jangan takut serta senatiasa percaya
sama Tuhan. Kegelisahan dan angin ribut dalam hati kita
dapat menjadi tenang Ketika Tuhan sudah bertindak. Tuhan
yang hadir bersama kita membawa kita pada keselamatan.

Fr. Nando

BIJI SESAWI

13 Juni 2021

Bapak, ibu, saudara/I, rekan-rekan muda dan anakanak sekalian, Selamat Hari Minggu. Salam sehat untuk kita semua.

Minggu ini kita merayakan Hari Minggu Biasa ke-XI.Pada minggu ini kita belajar tentang Biji Sesawi. Biji Sesawi adalah yang paling kecil namun ketika tumbuh dan berkembang menjadi yang paling besar dari semua tanaman yang lain.

Pada sebuah pengalaman ketika saya menjalani proses formasi di seminari, saya mendapatkan perutusan untuk bertanggung jawab di bidang pertamanan dan perkebunan. Tanggung jawab ini membuat saya untuk belajar bercocok tanam. Proses bercocok tanam sendiri memang membutuhkan proses. Pada saat itu saya menanam benih bayam dan sawi yang biasa di makan untuk masak indomie. Pada prosesnya saya mempersiapkan tanah yang akan di tanam dan
memastikan tanah itu subur. Hal itu pun membutuhkan waktu dan tenaga.

Setelah tanah yang itu sudah digemburkan dan lembut sampai tumbuh humus, maka mulailah menanam benih tersebut. Saya pun membuat lubang-lubang kecil untuk memasukkan benih tersebut. Setelah benih itu masuk, lalu saya tutup perlahan dengan tanah dan memasukkan ke lubang lainnya. Kemudian, saya pun mengambil alat untuk menyiram air serta menyiramnya perlahan. Sejak saat itulah, proses kehidupan muncul. Kehidupan yang mampu menghidupkan yang lain. Proses ini pun berjalan berhari-hari sampai benih itu menjadi tunas, lalu menjadi tanaman yang siap untuk panen. Tanaman yang kecil tersebut mengandung gizi yang besar untuk pertumbuhan manusia yang
menyantapnya.

Pada proses pertumbuhan bercocok tanam tersebut kita belajar tentang arti proses. Proses yang membuat sebuah benih yang kecil memiliki manfaat yang besar. Proses yang menjadikan hal kecil berdampak besar. Dalam hal ini, kita belajar tentang “arti sebuah proses” serta menghargai hal-hal kecil dalam hidup kita yang mampu berdampak besar pada akhirnya.

Oleh kerena itu, orang bijak pernah mengatakan bahwa “proses tidak pernah menghianati hasil”. Pepata menjadi sangat amat bermakna karena dalam proses kita mampu menghargi hal-hal kecil dalam hidup seperti berdoa setiap hari dan juga mendoakan orang setiap hari. Hal-hal kecil yang berdampak besar.


Oleh: fr. Nando

HARI RAYA TRITUNGGAL MAHAKUDUS

30 Mei 2021

“Allah Tritunggal”

Saudara-saudari yang dikasihi Allah, kita sebagai orang Katolik mengawali doa dengan membuat tanda salib. Rumusannya pasti sudah kita tahu, yaitu menyebut Allah dengan sebutan: “…Bapa, Putra, Roh Kudus”. Tanda salib
yang kita buat menunjukkan iman akan Allah Tritunggal, Bapa, Putra, Roh Kudus.

Secara praktis Gereja membantu kita untuk menghayati Allah Tritunggal melalui doa. Doa-doa Gereja lebih daripada rumus-rumus ajaran.Beberapa doa ini mengungkapkan iman akan Allah Tritunggal. Syahadat “Aku Percaya merangkum secara singkat iman kepercayaan Kristiani. Dalam syahadat tercantum pengakuan iman akan Bapa, pencipta dan pemelihara dunia, lalu pengakuan iman akan Putra yang menebus kita dan dunia, serta pengakuan iman akan Roh Kudus, Allah yang hadir dalam Gereja dan dunia. Kita juga mengenal doa : “Kemuliaan kepada Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus….”. Gereja selalu berdoa kepada Bapa, dengan perantaraan Putra, oleh Roh Kudus. Melalui doa-doa tersebut hendaknya kita semakin percaya dan menghayati iman akan Allah Tritunggal.

Salah satu dasar iman akan Allah Tritunggal dapat ditemui dalam Kitab Suci. Yesus pernah memberi pesan :
“baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus” (Mat 28:19). Para murid diutus untuk membaptis orang dalam nama Bapa, Putra, Roh Kudus. Perintah tersebut diteruskan hingga saat ini. Rumusan pembaptisan yang
dipakai hingga saat ini juga mengandung paham Allah Tritunggal.

Misteri Allah Tritunggal sulit dipahami, namun kehadiran Allah Tritunggal dapat dirasakan. Allah Bapa adalah Pencipta,
Allah Putra adalah Penebus, Allah Roh Kudus adalah Penolong. Yang pasti kita mengimani Allah yang satu. Bapa, Putra, Roh kudus adalah Allah yang satu. Kita mungkin sulit untuk memahami dan menjelaskan ajaran Allah Tritunggal, tapi kita dapat menerimanya dengan iman. Kita mohon bimbingan Roh Kudus agar iman kita ditumbuhkan sehingga kita mampu menangkap makna ajaran Gereja tentang Allah Tritunggal.



RD. Antonius Pramono

HARI RAYA TUBUH & DARAH KRISTUS

6 Juni 2021

“Domba (sudah) mengenal GEMBALA”

Ibu, bapak, saudari-saudara serta anak-anak yang dikasihi Tuhan, Selamat merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus!

Pada saat awal homili Ekaristi Perkawinan, saya selalu mengatakan selamat kepada para calon pengantin yang dengan berani maju ke depan altar untuk mengucapkan janji perkawinan. Janji yang diucapkan itu menyatakan persetujuan
diantara kedua belah pihak untuk menjalankan hak dan kewajiban demi mencapai tujuan bersama. Perjanjian itu membuat satu pihak masuk dalam wilayah pihak lain guna mempererat relasi, kesatuan dan kebersamaan.

Perjanjian dalam sakramen perkawinan adalah salah satu tanda bahwa Allah juga mengundang kita untuk semakin
mempererat relasi, kesatuan dan kebersamaan dengan-Nya. Undangan Allah itu kita terima ketika merayakan Sakramen Ekaristi. Dalam perayaan Ekaristi, kita mengambil bagian dalam kehidupan Allah. Ketika kita berpartisipasi dalam kehidupan Allah, maka kita akan memperoleh kebahagiaan, kemerdekaan sejati, dan kedamaian.

Perayaan Ekaristi yang kita hadiri dan ikuti menjadi jawaban kita akan undangan Tuhan, mengatakan amin atas tawaran Allah, dengan menjawab, “Segala firman Tuhan akan kami lakukan” (Keluaran 24:3).

Gereja Indonesia beberapa waktu lalu mengeluarkan Tata Perayaan Ekaristi edisi 2020. Hal ini dibuat sebagai cara gereja agar umat semakin merasakan kehadiran Allah dan menjawab undangan dari-Nya. Oleh karena itu, siapkan diri
kita dengan baik ketika akan mengikuti Perayaan Ekaristi.

(RD. A. Subekti)