KAUM muda gereja adalah harapan akan masa depan gereja, di samping sebagai pewaris kepemimpinan dalam gereja. Namun, persoalan-persoalan di dalam lingkup kaum muda seringkali membuat mereka lari dari realitas yang dihadapi.
Sebagaimana anggota gereja secara umum, kaum muda juga diharapkan ikut ambil bagian dalam keberlangsungan pertumbuhan dan kehidupan gereja. Sebagai bagian dari anggota tubuh Kristus, kaum muda juga ikut berperan dalam tanggung jawab dan fungsi dalam gereja.Maka diharapkan masing-masing pribadi memiliki kesadaran untuk melibatkan diri dalam tanggung jawab tersebut. Kesadaran ini yang terpenting sebab tanpa adanya kesadaran dan keterlibatannya dalam gereja, pendampingan dan pembinaan tidak akan berjalan secara efektif.
Tanpa peran aktif yang disertai dengan kesadaran yang tinggi akan keterlibatannya, gereja beserta kegiatan di dalamnya hanya merupakan sebuah pelarian bagi kaum muda.Gereja bukan tempat pelarian, tetapi gereja bisa menjadi tempat untuk bernaung. Untuk itulah, keterlibatan kaum muda sangat penting dan memegang salah satu kendali. Sebagai ujung tombak misi gereja, kesaksian hidup kaum muda sangat menentukan.
Pendidikan Keimanan Katolik Generasi Muda
Pendidikan, tidak hanya selalu formal seperti yang diajarkan di sekolah. Di Gereja pun kita bisa memperoleh pendidikan, baik itu spiritual maupun pengembangan nilai-nilai dalam pembentukan karakter manusia lewat berorganisasi. Di dalam gereja Katolik, terdapat pelbagai macam organisasi gereja. Kelompok tersebut, masing-masing mempunyai tujuan yang baik bagi perkembangan gereja, termasuk kelompok kepemudaan yang ada.
Tantangan terbesar bagi kaum muda dalam mengembangkan kehidupan pribadinya dan sekaligus kehidupan gereja adalah kesadaran diri dan pendampingan yang dibutuhkan. Kaum muda tanpa kepribadian yang matang tidak memberikan cukup sumbangan bagi gereja, karena tanpa kesadaran diri akan potensi dalam dirinya serta kesadaran akan pertumbuhan gereja, kaum muda Katolik tidak berbeda dari pemuda biasa, yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Selain itu, pendampingan pastoral kaum muda juga menjadi tantangan yang cukup serius bagi pertumbuhan kaum muda. Tanpa pendampingan yang seimbang dan menyeluruh, pada akhirnya hanya menjadi kumpulan kaum muda Katolik, tanpa orientasi yang jelas.
Pendamping Bina Iman Anak (BIA) / Bina Iman Remaja (BIR) Paroki Pasar Minggu, Debora Prihatmajanti mengaku menghadapi tantangan dalam proses pembinaan anak maupun remaja, terutama di era globalisasi seperti saat ini. Menurut Debby, begitu ia akrab disapa, pergaulan, budaya dan kebutuhan hidup yang selalu tercukupi membuat kebutuhan akan Tuhan dan sesama menjadi cenderung tidak dirasakan.
“Bagi generasi muda dengan gaya hidup metropolis, sangat sulit dijangkau. Generasi saat ini adalah generasi yang sudah mengenal teknologi dan segala kemudahan. Oleh karena itu, perlu model pembinaan yang membuat mereka tidak hanya asyik dengan dunianya sendiri, tetapi bisa berkumpul bersama teman-teman, membentuk persekutuan, mengeksplorasi dunia bersama-sama, baik alam, pelayanan dan lainnya dalam terang firman Tuhan,” ujarnya.
Pendidikan iman Katolik di sekolah sudah baik. Namun, kata dia, bukan hanya sekedar pendidikan formal semata. Anak maupun remaja Katolik perlu mengenal, mengalami dan bertumbuh dalam Kasih Kristus agar siap menghadapi dunia saat dewasa kelak, beserta segala tantangannya. Ia mencontohkan, seperti budaya membaca dan mendalami firman Tuhan yang perlu dipupuk sejak usia dini. Itulah yang ditekankan dalam pembinaan iman setiap Sabtu sore, mulai usia TK hingga SD untuk BIA dan usia SMP hingga SMA untuk BIR.
“Pendalaman kitab suci yang menjadi gaya hidup akan terbawa hingga dewasa. Anak dan remaja akan berlatih untuk menaati firman Tuhan sejak usia dini, hidup bertumbuh dalam iman, kasih dan pengenalan akan Tuhan. Seperti yang diulang Paulus bagi Timotius. Karena sejak kecil sudah hidup dalam firman, hingga dewasa selalu berada dalam kebenaran Tuhan,” paparnya.
Oleh karena itu, pihaknya berupaya agar pendidikan keimanan Katolik ini menarik minat generasi muda, dengan bentuk kegiatan seperti permainan, nonton bareng, diskusi, dan juga ceramah. Tetapi, sambung dia, pendalaman firman tetap menjadi menu wajib yang menjadi roh dalam pertemuan. Ia merasa senang karena semakin banyak pemuda yang memiliki kerinduan bertumbuh bersama Tuhan. Hal ini kerap kali dirasakan oleh anak-anak yang sejak dini rutin mendapatkan pembinaan iman.
“Tantangannya, kembali kepada anggota gereja, apakah ingin ada pembinaan iman yang berjenjang dan mendukung pertumbuhan paroki kita? Maka keinginan itu perlu diwujudkan dalam aksi nyata pelayanan. Pelayanan bagi anak, remaja dan OMK secara berkelanjutan adalah pelayanan paling strategis karena akan menentukan bagaimana gereja kita dalam beberapa dekade ke depan,” pungkasnya.
Valencia Setiani, dari lingkungan 505 St. Vincentius, merupakan salah satu anak muda Katolik di Paroki Pasar Minggu yang merasakan bahwa bekerja di ladang Tuhan banyak berkatnya. Ia mulai terlibat dalam kegiatan gereja sejak berusia 16 tahun ketika dirinya hendak dibaptis. Perempuan yang bergabung di Orang Muda Katolik (OMK) dan Tunggal Hati Seminari – Tunggal Hati Maria (THS-THM) ini mengaku, di awal keterlibatannya di gereja sempat vakum beberapa tahun dan baru kembali aktif belakangan ini.
“Saat itu, tersadar juga masa punya waktu untuk hal lain tapi buat Tuhan tidak. Karena didukung oleh teman-teman yang asyik juga dan merasa bahwa bekerja di ladang Tuhan berkatnya berlimpah,” ujarnya.
Meskipun tak banyak perempuan yang tertarik dengan THS-THM, namun Valen mengaku mendapat banyak manfaat dari unit latihan olahraga bela diri tersebut. Tak hanya raga, tetapi juga jiwa yang kuat. Olahraga teratur membuat tubuhnya jadi lebih sehat dan tidak mudah jatuh sakit. Selain itu, juga diimbangi dengan pendalaman iman yang membuat imannya semakin tumbuh dan berkembang.

Christoforus Alfares, dari lingkungan 501 St. Paulus juga merasakan hal serupa, yakni karena merasakan kasih Tuhan yang begitu nyata dalam hidupnya. Hingga kini, Alfares aktif di BIA-BIR, Legio Maria, dan juga sebagai lektor di gereja. Pria yang bercita-cita menjadi pastor ini juga aktif di Serikat Kepausan Anak-Anak Misioner (Sekami). Pada 3- 6 Juli kemarin, ia juga datang sebagai animator bersama Rm Yohanes Radityo Wisnu Wicaksono mewakili Paroki Pasar Minggu ke Jambore Nasional Sekami di Pontianak.
“Saya dapat ilmu yang baru dan banyak teman. Tambah pengalaman hidup dan pergaulan hidup rohani yang baik,” paparnya.

Tak heran, semangatnya yang berkobar untuk terus melakukan pelayanan diapresiasi oleh panitia Lomba Pendampingan BIA/BIR Dekenat Selatan. Alfares bersama empat temannya yang lain sebagai perwakilan dari Paroki Pasar Minggu berhasil memperoleh Juara II. Lomba tersebut berlangsung di Paroki St. Yohanes Penginjil – Blok B, Minggu (23/7) lalu.
Yuliana Agustina Nogo, dari lingkungan 501St. Paulus, bersama-sama Alfares ikut dalam lomba tersebut. Anna tidak menyangka di awal pelayanannya sebagai pendamping BIR sudah diapresiasi oleh pihak panitia. Perempuan 16 tahun ini mulai terlibat dalam pelayanan di gereja sejak usia 9 tahun, setelah komuni pertama. Niatnya yang ingin melayani Tuhan, ia awali dengan menjadi misdinar gereja. (ASTRI/KOMSOS)