SEJAK tahun 1963, Gereja merayakan Hari Minggu Panggilan Sedunia yang tiap tahunnya jatuh pada Hari Minggu Paskah IV (hari Minggu Gembala Yang Baik). Hari Minggu Panggilan merupakan hari doa untuk mohon pertumbuhan panggilan khusus untuk menjadi imam, bruder dan suster.
Di Paroki Pasar Minggu perayaan Hari Minggu Panggilan tahun 2018 berlangsung pada hari Minggu, 22 April 2018. Misa kudus itu dipimpin oleh Romo Simon Petrus Lili Tjahjadi dan Frater Ambrosius Lolong. Dimulai pukul 8.30 WIB dengan arak arakan para pastor, suster dan bruder cilik. Homili diisi oleh Frater Amrosius Lolong , atau biasa dipanggil Frater Rosi, yang menceritakan kisah panggilannya. Dari mendaftar di Seminari Menengah Wacana Bakti, menjalankan tugas pendidikan, hingga rencananya Frater Rosi akan ditahbiskan menjadi Romo tanggal 8 Mei 2018 yang akan datang.
Bagi sebagian warga Katolik Paroki Pasar Minggu, Frater Rosi bukanlah sosok yang baru. Frater Rosi menghabiskan masa kecil dan remaja di Pasar Minggu. Keluarga Lolong adalah warga Lingkungan Paulus . Jadi ditahbiskannya Frater Rossi menjadi Romo , tak lama lagi , akan menjadi kebahagiaan dan rasa syukur mendalam bagi umat paroki Pasar Minggu .
Setelah misa diadakan sesi sharing bertemakan panggilan. Kegiatan ini adalah kerjasama antara seksi Panggilan dengan BIA dan BIR. Lebih kurang 67 peserta hadir yaitu terdiri dari para putera puteri BIA, BIR, OMK, Orang tua pendamping dan DPH. Mereka mendengarkan pengalaman panggilan yang disampaikan Frater Ambrosius Lolong , yang saat itu didampingi kedua orang tuanya yaitu Ibu Maria dan Bapak Frans. Bergantian Keluarga Lolong menceritakan pengalaman menjawab panggilan Tuhan atas putera satu satunya itu.
Selain mendengar pengalaman frater Rosi, putera puteri BIA dan BIR juga mendengar pengalaman menarik dari Sr. Engelbertin Kristiani, atau Suster Nanik. Beliau adalah Kepala Biara ordo Santa Perawan Maria di Jombang, Jawa Timur. Suster Nanik yang telah menjalani hidup panggilan sebagai Biarawati selama 36 tahun ini mempunyai pengalaman unik yang berbeda dengan Frater Lolong . Jika Frater Lolong sudah menjawab panggilan membiara sejak lulus SMP, maka Suster Nanik justru menemukan panggilan yang sejatinya untuk menjadi Suster di usia 24 tahun.
Kegiatan yang dilaksanakan di ruang Maria 2 tersebut, berlangsung akrab, penuh canda tawa dan nyanyian .Diharapkan pengalaman yang luar biasa dari para suster dan frater serta keluarga terdekatnya, bisa menjadi inspirasi bagi kaum muda dalam memahami panggilan untuk berkarya di ladang Tuhan. (NANA/KOMSOS)