SEKSI Kerasulan Keluarga pada Sabtu (21/4) dan Minggu (22/4) kemarin menggelar program Membangun Rumah Tangga (MRT) yang sebelumnya dikenal dengan Kursus Persiapan Perkawinan (KPP). Kegiatan MRT ini dilatarbelakangi oleh tugas panggilan SKK yang memang diutus untuk mendampingi keluarga-keluarga Katolik. Selain juga karena tantangan hidup berkeluarga yang semakin hari semakin kompleks. Kegiatan ini diharapkan mampu membekali para calon keluarga baru dalam mengarungi bahtera rumah tangga di tengah arus yang semakin beragam geloranya. Harapannya semoga keluarga katolik bisa mewujudkan diri seperti layaknya Keluarga Kudus di Nasareth.
Ketua Seksi Kerasulan Keluarga (SKK) Paroki Pasar Minggu Enda Mulyanto mengatakan program MRT yang berbentuk lokakarya ini baru sekarang diterapakan Paroki Pasar Minggu meskipun sosialisasinya sudah dilaksanakan akhir tahun 2016 lalu.
“Terus terang di Pasar Minggu baru sekarang benar-benar menjalankannya, supaya kita bisa tahu keungulannya apa, apa yang harus di-improve dan sebagainya,” ujarnya di GRHA Keluarga Kudus Pasar Minggu, Jakarta.
Tidak ada tema khusus yang dibawakan oleh SKK lewat program MRT ini namun dalam susunan acara terdapat sejumlah topik yang dibawakan oleh fasilitator kepada peserta agar calon pasutri siap menghadapi perjalanan rumah tangganya kelak. Menurut pria yang akrab disapa Mul ini, program MRT mengingatkan kepada calon pasutri agar saling menghargai perbedaan karakter pasangannya masing-masing. Sehingga diharapkan bisa saling melengkapi meskipun ada perbedaan diantara keduanya.
“Diharapkan calon pasangan keluarga baru ini bisa memahami yakin nggak mereka akan menjadi sebuah keluarga, betul nggak nih pasangan yang dipilihnya adalah pasangan yang diidamkan, artinya pasangannnya ini tidak ideal yang hanya bagus-bagusnya saja tetapi juga harus tahu kekurangannya. Karena dalam MRT ini justru dijelaskan bahwa pernikahan itu tidak mengubah kepribadian orang lain tapi justru ada perbedaan dan perbedaan itu harus saling melengkapi,” tandasnya.
Pada kegiatan tersebut, para peserta juga dibekali buku yang berisikan topik-topik materi selama acara berlangsung. Agar peserta juga aktif, di sela-sela topik juga diisi permainan dan diskusi kelompok yang menarik.
Pembekalan yang berdurasi dua hari ini memberikan kepuasan tersendiri bagi para calon pembina rumah tangga. Meskipun terasa letih karena harus ‘menelan’ banyak tema dalam waktu yang relatif singkat namun tergambar wajah-wajah puas dari peserta kursus.
Untuk diketahui, SKK merupakan seksi yang melayani hampir di seluruh lapisan umat mulai baptisan bayi, BIA, OMK, Keluarga Muda sampai Lansia. SKK diharapkan bisa terlibat dan bisa memahami kehidupan menggereja dari umat sejak usia dini hingga lansia. Oleh sebab itu, SKK perlu terdapat di setiap lingkungan yang dinamakan SKKL. Pihaknya saat ini tengah berupaya keras agar di setiap lingkungan ada SKKL.
“Sehingga lingkungan itu bisa hidup dan ada perpanjangan tangan dari SKK. Pesan dari KAJ, agar gereja bisa hidup, bukan hidup di gereja saja tapi justru di keluarga. Oleh sebab itu, lingkungan menjadi hal yang paling penting untuk bisa membangun keluarga Katolik,” pungkasnya. (ASTRI/KOMSOS)