BACAAN injil yang kita renungkan hari ini menyadarkan kita bahwa mengikuti Yesus bukanlah perkara mudah. Untuk samai pada pengenalan akan Kristus, dibutuhkan usaha pribadi dan yang terutama adalah selalu memohon rahmat kesetiaan dari Allah. Perkataan Yesus tentang roti hidup mengguncang iman para murid sehingga mereka mengatakan,”Perkataan ini keras! Siapakah yang sanggup mendengarkannya?” (Yoh 6:60).
Apa yang dikatakan Yesus sulit untuk diterima. Para murid tahu bahwa Yesus selalu mengatakan dan mengaku sebagai milik Allah yang datang dari surga dan bahwa tak seorang pun dapat mengalami hidup bersama Allah kalau tidak menyerahkan diri secara total kepada Allah.
Dari sini kita dapat memahami bahwa yang menjadikan seorang sulit menjadi orang Katolik yang baik dan setia bukan soal intelektual tetapi tuntutan moral yang disampaikan oleh Yesus sendiri. Di dalam tubuh kekatolikan itu menuntut adanya penyerahan diri total kepada Allah. Mengakui Kristus sebagai satu-satunya pemimpin dan Raja bagi kita. Itulah iman yang sejati. Kedua, kekatolikan itu mempunyai tuntutan moral yang sangat tinggi. Para murid sadar bahwa Kristus adalah Putra Allah yang hidup di atas bumi. Namun, kesulitan mereka adalah menjalankan apa yang menjadi tuntutan Kristus. Karena itu, sampai saat ini masih banyak orang yang menolak Kristus karena tuntutannya yang keras yakni SETIA hanya pada Pribadi-Nya dan apa yang diajarkan-Nya.
Komitmen kita pada pribadi Yesus harus nyata dalam relasi kita dengan sesama. Kalau kita mengatakan bahwa kita SETIA pada Yesus tetapi TIDAK SETIA pada tugas dan panggilan hidup kita masing-masing, berarti kita seorang pendusta. Relasi kita yang intim dan akrab dengan Yesus mesti memampukan kita menjalin persaudaraan yang sejati dan tulus dengan siapa saja yang kita jumpai. Kalau kita setia pada Yesus dan pada panggilan hidup kita masing-masing, sekalipun banyak tantangan dan rintangan, akan berubah pada kebahagiaan dan kedamaian yang sejati. Sebaliknya, kedamaian semu yang menghancurkan sendi-sendi kehidupan pribadi kita, keluarga dan masyarakat. Tuhan memberkati. (*)