BEBERAPA tahun yang lalu, saya melihat seorang pesulap mempraktekkan sulapnya dengan berjalan menembus tembok besar di China. Pesulap yang sama juga melakukan sulap dengan menghilangkan sebuah patung Liberty di New York, Amerika Serikat. Yang paling menegangkan saat melihat tayangan saat ia mencoba meloloskan diri dari sebuah gedung yang akan diledakkan dalam waktu yang singkat. Melihat semua aksinya itu saya merasa kagum, terpesona dan tidak percaya. Saya berpikir. “Kok, bisa ya dia melakukan itu semua?”. Setelah rasa kagum, terpesona dan penasaran yang besar itu, saya lantas mencoba untuk belajar bermain sulap. Karena ternyata belajar sulap itu susah akhirnya saya tidak meneruskannya. Hal yang sama dan sekaligus berbeda dialami oleh tokoh-tokoh dalam bacaan-bacaan Ekaristi pada hari ini.
Dalam bacaan-bacaan hari ini ditampilkan tokoh-tokoh, Abram atau Abraham, Paulus dan juga Petrus. Semua tokoh ini menyaksikan suatu yang luar biasa dalam hidup mereka. Abram menyaksikan daging-daging korban bakaran yang tersulut oleh api tanpa ada seorang pun menyentuhnya. Paulus menyaksikan cahaya luar biasa yang membutakannya dalam perjalanan ke Damsyik. Petrus dan juga Yohanes dan Yakobus, menyaksikan Yesus yang mulia bersama Elia dan Musa di atas sebuah bukit. Pengalaman-pengalaman mereka ini menumbuhkan reaksi yang luar biasa. Abram percaya pada janji Allah. Paulus akhirnya bertobat dan menjadi rasul hebat. Petrus mengatakan begitu bahagia sehingga mau saat itu tidak pernah hilang dalam hidupnya. Di sinilah yang berbeda dengan saya. Waktu itu saya menyerah dan berhenti belajar main sulap, tetapi mereka melanjutkan keterpesonaannya walaupun terkadang gagal dan jatuh.
Demikian pula kita. Setiap perayaan Ekaristi kita melihat kemuliaan Tuhan. Bahkan, dalam hidup keseharian pun kita melihat dan merasakan kemuliaan Tuhan itu. Mungkin bukan kita yang mengalaminya secara langsung, tetapi sering kita pun terlibat dalam peristiwa tersebut. Misalnya, seorang yang lolos dari maut walaupun mengalami kecelakaan hebat. Atau seorang yang sembuh dari penyakit yang mengancam nyawa seseorang. Atau melihat pertumbuhan seorang anak manusia. Semua itu adalah contoh-contoh kemuliaan Tuhan bagi kita. Namun masalahnya adalah, apakah kita menyadari akan adanya kerahiman Tuhan dalam peristiwa-peristiwa tersebut dan akhirnya membuat kita berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Atau jangan-jangan kita tawar hati sehingga tidak membuat hidup kita berubah dan berbuah. Mari kita mohon rahmat Roh Kudus agar diberi keterpesonaan atas segala Kemuliaan Tuhan dalam hidup kita dan olehNya kita dimampukan untuk berubah dan berbuah. Tuhan memberkati.
RD. Yohanes Radityo Wisnu Wicaksono