Belajar Mendengarkan

suara-tuhan

KETERBATASAN aktifitas yang diperbolehkan selama masa pandemi ini, membuat kita kerap kali banyak menghabiskan waktu di rumah saja. Ketika berada di rumah saja ini, terkadang perjumpaan bisa membawa rahmat tetapi tidak jarang juga membuat kita mumet (pusing). Salah satu hiburan dan tantangan yang muncul adalah soal mendengarkan. Tidak kita pungkiri sikap mendengarkan kadang kala sulit kita lakukan, alih-alih mendengarkan padahal hati dan pikiran kita melayang entah kemana.

Nabi Yeremia juga mengalami persoalan dengan aktifitas mendengar. Yeremia mendengar bisikan banyak orang yang merendahkan dirinya (Yer 20:10). Kalau Yeremia hanya terfokus pada apa yang dia dengar secara bisik-bisik itu, tidak mungkin tidak ia menjadi patah semangat, putus asa, dan rendah diri. Tetapi nyatanya, Yeremia lebih mendengarkan suara Tuhan yang senantiasa menyertainya, sehingga batin dan hatinya kokoh teguh menghadapi persoalan yang ia hadapi (Yer 20:12).

Demikian juga dialami oleh kedua belas murid Yesus. Tugas mewartakan Injil bukan perkara yang mudah. Resiko sebagai murid Yesus akan selalu ada dan akan terus ada. Sekali lagi secara nyata Tuhan telah bersabda “Janganlah kamu takut, …” (Mat 10:26-28) dan para murid mendengarkan. Mendengarkan suara Tuhan berarti mengakui kuasa-Nya di depan manusia dan tentu kita akan diakui oleh-Nya di hadapan Bapa. Artinya apa? Berarti ketika kita mengakui dan berserah pada kuasa-Nya, seruan dan doa kita juga senantiasa didengarkan oleh Tuhan.

Oleh karena itu, mendengarkan adalah suatu sikap memberikan diri dan percaya kepada Tuhan dan sesama sehingga hidup kita senantiasa merasakan sukacita. Selamat mendengarkan. Damai sejahtera bagi kita semua. Amin.

RD Andreas Subekti

HARI MINGGU BIASA XII – 21 JUNI 2020